Sukses

Bukan Akting atau Monolog, Butet Kertaradjasa Siap Gelar Pameran Lukisan

Dikenal sebagai pemain teater, film dan televisi, kali ini Butet Kertaradjasa justru muncul ke permukaan sebagai seorang pelukis

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang mungkin mengenal Butet Kertaradjasa sebagai pemain teater dan pemain film. Ada juga yang mengenalnya sebagai seniman monolog, pembicara ulung yang terampil mengubah intonasi dan suara menjadi berbagai watak dan tokoh sekaligus.

Tak sedikit pula yang mengenalnya sebagai bintang salah satu program televisi, di mana ia dengan lucu mengkritik berbagai hal tentang situasi negeri ini. Namun, kali ini Butet justru muncul ke permukaan sebagai seorang pelukis.

Bersama sahabatnya, Widiyatno, mereka akan menggelar pameran bertajuk Pameran Seni Rupa Lanskap Luar Dalam di Galeri Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, Jakarta Pusat pada 21 November--21 Desember 2019.

Pameran ini akan menampilkan sekitar 70 karya dari Butet dan Widiyatno dan dikuratori oleh Suwarno Wisetrotomo. Pembukaan pameran pada 21 November 2019 akan bertepatan dengan hari ulang tahun Butet yang ke-58.

Hal itu sebenarnya tidak mengejutkan karena ia dan Widiyatno sama-sama menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) yang sekarang berubah nama menjadi Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) di Yogyakarta.

"Waktu kuliah saya juga di bidang seni rupa, di STSRI ASRI yang sekarang namanya jadi ISI Yogya. Tapi ya kuliahnya nggak tamat dan setelah kuliah justru terjun ke seni peran dan teater," terang Butet saat jumpa pers di Hotel Santika Premiere, Hayam Wuruk, Jakarta Pusat, Senin (18/11/2019).

Meski berkiprah dan dikenal luas di bidang akting baik di layar lebar, layar kaca maupun teater, putra maestro seni Indonesia mendiang Bagong Kussudiardja ini kembali menyempatkan diri untuk melukis dalam beberapa tahun terakhir.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Melukis untuk Kepuasan dan Terapi

Beberapa karya Butet akan dipamerkan bersama Widiyatno, dikenal dengan sketsa dan lukisan lanskap luar seperti gedung atau suasana jalanan berdasarakan apa yang pernah dilihatnya. Sedangkan karya lukisan Butet disebut sebagai lanskap dalam berupa gambar simbol-simbol yang tak mudah dipahami orang awam.

"Saya kurang tahu apa aliran karya lukis saya, begitu juga mas Butet. Yang jelas melukis sudah seperti terapi bagi kita, melepas penat dari berbagai masalah kehidupan. Yang paling utama adalah untuk kepuasan kita sendiri dan syukur-syukur bisa disukai atau dinikmati orang lain," tutur Widiyatno dalam kesempatan yang sama.

"Mas Butet ini bukan hanya sahabat, bisa dibilang dia juga mentor saya dalam berkesenian. Saya banyak belajar dari dia. Kita sama-sama belajar seni lukis, tapi mas Butet juga menggeluti bidang seni lain, sedangkan saya tetap di seni lukis sampai sekarang," sambung pria yang akrab disapa Widi ini.

"Kenapa kita bisa berkolaborasi? Selain saya pribadi kenal baik dengan mas Butet, kami memang punya program acara di bidang seni mulai dari seni rupa sampai seni musik," timpal Dhaniel H. Prabowo selaku Regional General Manager Jakarta-2 Hotel Santika Premiere.

Hasil penjualan karya Butet Kertaradjasa dan Widiyatno saat pameran berlangsung, rencananya akan disumbangkan untuk panti asuhan di kawasan Jakarta Pusat yang lokasinya tak jauh dari Hotel Santika Premiere di Hayam Wuruk.