Sukses

Terobosan Daur Ulang Popok Bekas Jadi Pupuk Cair dan Media Tanam

Canangan daur ulang popok bekas ini merupakan kolaborasi PT Softex Indonesia dan Sarana Olah Sampah (SOS).

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan riset World Bank 2017 tentang komposisi sampah laut, popok adalah peyumbang limbah terbesar kedua di dunia. Melihat angka sampah popok bekas yang makin mengkhawatirkan, ,PT Softex Indonesia sebagai produsen popok sweety menggagas program daur ulang.

"Ide ini (daur ulang sampah popok) sebenarnya sejalan dengan misi PT Softex Indonesia yang berpikir harus punya program untuk kasih efek secara sosial dan lingkungan, " kata Head of Corporate Marketing PT Softex Indonesia dalam talkshow Baby Diaper Waste Management for the Better Earth di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 23 November 2019.

Komitmen in kemudian direalisasikan dengan menggandeng sebuah komunitas yang fokus menangani masalah sampah, yakni Sarana Olah Sampah (SOS). Program daur ulang popok bersama SOS di Kelurahan Buaran, Tangerang, Banten telah diresmikan pada 8 Oktober 2019.

"Sampah popoknya kami ambil dari pre-school dan daycare di dekat sana, total ada 16, dan dari masyarakat sekitar juga (dapat sampah popok)," jelas Ekayani. Juga, secara khusus pihak PT Softex Indonesia menyediakan akomodasi untuk mengumpulkan sampah popok dari pre-school dan daycare yang telah bekerja sama setiap hari.

 

"Rata-rata sehari saja sampah popok ada sampai 100 kilogram (kg), 35 kg sudah paling sedikit. Kalau weekend bisa sampai 150 kg," papar perwakilan SOS Muhliatun d kesempatan yang sama.

Proses daur ulang sendiri akan menghasilkan berbagai barang, mulai dari pupuk cair sampai media tanam. "Lapisan lain popok tu juga kami manfaatkan jadi pot. Tidak ada (material sampah popok) yang terbuang sama sekali," sambungnya.

Program berkelanjutan yang dicanangkan PT Softex Indonesia nyatanya tak berhent di sini. Rencananya, mereka akan berekspansi melakukan program serupa di Bandung, Jawa Barat dan Surabaya, Jawa Timur.

"Kerja sama program bisa jadi beda setiap kota, sesuai kebutuhan di sana," kata Ekayani. Di samping popok, daur ulang pembalut rencananya juga akan dicanangkan saat bekera sama dengan lembaga pengolahan sampah di Bandung.

"Yang di Bandung harusnya sudah jalan Desember tahun ini. Surabaya kuartal pertama tahun depan," ujarnya. Juga, di Tangerang ada pengembangan daur ulang. Salah satu yang baru ditemukan adalah memanfaatkan limbah popok sebagai bahan biogas.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Proses Daur Ulang Popok Bekas

Muhliatun menjelaskan, proses daur ulang yang dilakukan SOS masih manual. Setelah popok bekas diterima, yang pertama dilakukan adalah mencuci dan memisahkan meterial. "Cuma urin cepat, cuci langsung diproses. Yang agak lama kalau ada feses karena harus melalui dua tahap," paparnya.

Bahan berupa gel dari popok tersebut kemudian melalui proses pengomposan dengan cara direndam di dalam air. "Kami pakai pengurai bakteri. Nah, air rendaman gel itu yang nantinya akan jadi pupuk cair," tuturnya.

Sementara gelnya akan diproses untuk jadi media tanam. "Jenis yang media tanam lebih pada mengurangi penyiraman tanaman. Jadi, semisal tadinya setiap hari, sekarang (tanaman) cuma butuh (disiram) empat hari sekali," katanya. 

Sementara, pelapis popok yang terdari dari berbagai material, termasuk polyester, bakal masuk mesin pencacah. Hasilnya akan dibuat beragam kerajinan, termasuk pot, atau malah benang nantinya.

Soal kompos, Muhliatun menjelaskan, berdasarkan proses, ada dua jenis kompos yang dihasilkan. Pertama, kompos tanpa warna yang sangat cocok untuk tanaman hidroponik dan kompos dengan warna sedikit merah yang bermanfaat menyuburkan tanah.

"Kami juga ada inovasi lain, yakni limbah popok diolah menghasilkan biogas untuk masak, bisa juga untuk penerangan," sambungnya.

Pupuk yang dihasilkan dimanfaatkan warga sekitar untuk penghijauan. "Kami kasih saja (pupuk olahan limbah popok). Memang sengaja tidak dijual," tandasnya.