Sukses

5 Peneliti Perempuan Raih Penghargaan GE Indonesia, Siapa Saja Mereka?

Masih sedikit perempuan yang bekerja di sektor STEM dan jadi peneliti, padahal kondisi itu tidak menguntungkan bagi industri.

Liputan6.com, Jakarta - Lima ilmuwan perempuan yang mewakili jenjang usia dan sektor berbeda memperoleh apresiasi dari GE, perusahaan manufaktur asal Amerika Serikat.

Kelimanya adalah ahli mikrobiologi Prof. Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Kepala Observatorium Bosscha Premana Wardayanti Permadi, Profesor bidang Teknologi Proses Elektro Kimia Eniya Listiani Dewi, Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim, dan Crystal Widjaja, Senior VP of Business Intelligence Growth Gojek.

Handry Santriago, CEO GE Indonesia, menerangkan penghargaan tersebut dibuat dengan misi mempopulerkan bidang STEM di kalangan wanita. Menurut dia, jumlah perempuan yang bekerja di sektor tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan laki-laki padahal kondisi tersebut tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Pasalnya, perusahaan yang memiliki gender gap jauh lebih sedikit di STEM akan menghasilkan produk yang lebih kreatif dan pemecahan masalah yang lebih baik dibandingkan diisi oleh orang-orang yang seragam. Tuntutan akan kreativitas semakin meningkat seiring masifnya perkembangan industri digital.

"Kami pun berpikir gimana kalau menjadikan scientist itu jadi selebritis. Tapi, itu enggak mudah, you know selebritis adalah orang yang sangat mudah dilihat orang. Sementara, scientist bukan orang yang mudah diekspos," ujarnya di Jakarta, Rabu (27/11/2019).

GE Indonesia lalu memulai kampanye bahwa menjadi ilmuwan adalah sesuatu yang sama kerennya dengan bidang kerja lain. Kampanye tersebut berkembang menjadi ajang penghargaan bagi para ilmuwan perempuan Indonesia yang karyanya signifikan.

"Tanpa menghitung, kenapa yang dipilih lima, ya karena kita ingin lima ini aja," ujarnya.

Nama Pratiwi muncul sejak awal lantaran Handry telah mengenalnya sejak lama sebagai astronot pertama Indonesia. Ia juga mengenal Premana lewat sejumlah kerja sama yang dilakukan sebelumnya. Begitu pula dengan Silvia Halim yang ruang lingkup industrinya bersinggungan.

"Kalau Crystal, kita undang berkali-kali enggak pernah bisa. Tapi, I'm glad she can make it today," tuturnya.

Nama terakhir baru didapat setelah ia berkonsultasi dengan sejumlah kolega. Ia merasa sedikit menyesal karena tidak mengenalnya lebih awal padahal bidang yang ditekuni antara GE dan Eniya sangat bersinggungan. Peneliti di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi itu mendalami soal bahan bakar dan hal terkait itu.

"Saya beranikan diri untuk kontak langsung dan ternyata diterima dengan baik," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Suarakan Kesetaraan

Atas penghargaan yang diterima, Pratiwi menyambut baik misi kesetaraan di bidang STEM yang dikampanyekan GE. Ia menyatakan penyebarluasan prestasi yang diraih para perempuan di sektor tersebut akan mendorong para anak kuda untuk meniru dan mendorong profesi ini.

"Karena tidak ada profesi yang bisa dihandle 100 persen oleh laki-laki," kata dia.

Sementara itu, Premana yang akrab disapa Nana mengatakan perempuan memiliki kesempatan untuk terlihat lebih banyak di bidang sains dan teknologi, khususnya di bidang astronomi, seiring ketersediaan teknologi yang lebih canggih. Namun, akses tersebut akan lebih terbuka bila didukung support system yang mumpuni.

"Support system itu menjadi tugas bersama. Lebih baik apabila dibicarakan dengan kolega lelaki, mereka itu menunggu, enggak antipati bila perempuan maju," ujarnya.

Sementara itu, mewakili suara milenial, Crystal yang merupakan lulusan UC Berkeley jurusan ilmu politik dan pemerintahan menekankan agar perempuan tidak ragu mencoba beragam bidang agar bisa mengetahui minat yang ingin diseriusi. Beragamnya pengalaman juga akan menjadi modal penting untuk beradaptasi dengan beragam masalah.

"Saya sangat terkesan dan optimistis kita bisa membuka potensi besar dari generasi sekarang dan di masa depan," ujarnya dalam Bahasa Inggris.Â