Liputan6.com, Jakarta - Adalah Azura Luna Mangunhardjono, sosialita Hong Kong asal Indonesia yang tengah gencar disebut sebagai penipu kelas kakap. Pada artikel bagian pertama, sudah dibahas tentang bagaimana citra pribadi perempuan yang disebut sempat tinggal di Bali ini, masalahnya dengan polisi Los Angeles, dan bagaimana gelagat aneh diperlihatkan.
Menyambung pengungkapan identitas Azura berdasarkan dokumen perjalanan, setahun kemudian, melansir dari South China Morning Post, Selasa (3/12/2019), Jason dengar bahwa sang sosialita memberitahu Robert, ia sempat sekolah di sederet boarding school di seluruh dunia.
Azura bahkan acap kali mengaku sebagai salah satu dari sedikit anak spesial berdasarkan tes IQ. "Ia juga akan berbicara tentang temannya di Harvard (University), Brown University," kata Jason menjabarkan penuturan Robert.
Advertisement
Baca Juga
Robert menambahkan, Azura sering kali bepergian dengan dua koper besar Louis Vuitton berisi banyak busana kasual, pakaian pergi ke klub, setelan Chanel, gelang, jam tangan, kalung, dan anting mahal, serta bermerek.
Diane sendiri, sambung Jason, sudah pernah bertemu Robert saat ia menyambangi sang sosialita di Hong Kong. Kala itu, Azura memohon Robert untuk datang berujung permintaan pindah dan menetap di Hong Kong.
Hingga pada akhir 2018, Robert mengontak Diane untuk bertanya apakah Azura pernah melakukan hal serupa pada lelaki lain. Pertanyaan demi pertanyaan kemudian membulatkan niat Robert berpisah dari Azura.
Diane sendiri kaget mendengar Robert sempat mengelarkan uang sebesar 150 dolar Amerika atau Rp2,1 miliar untuk membantu si sosialita terkait klaim kematian ayahnya pada 2017.
"Ia (Azura) juga pernah meminta saya untuk berpartisipasi di beberapa acara penggalangan dana. Saya mengeluakan uang sampai 30 dolar Amerika (Rp432 juta). Beberapa bulan kemudian, saya menghubungi pihak penggalang dana, mereka menyebut tak mendapat uang sepeser pun dari saya atau Azura," aku Robert.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penipuan Berkedok Penggalangan Dana?
Juru bicara THE ONE InterÂnational menuturkan, pada 2013, Azura memang sempat berdonasi sebesar 20 ribu dolar Hong Kong atau Rp36 juta untuk penghargaan annual humanitarian. Juga, pernah berkontribusi pada pembangunan sebuah panti asuhan di Bangladesh.
Tapi, selebihnya, godaan penggalangan dana yang ditebar tak pernah sampai ke tangan sebenarnya. Berdasarkan keterangan Robert, dirinya memberi Azura American Express black card. Ia menambahkan, Azura sempat mengembalikan sebagian uang di tengah kondisi sulit.
Robert dan Diane sekarang tengah mengawasi The Ripoff Report, sebuuah laman yang diusung perempuan dan lelaki dari Los Angeles, Paris, New York, dan Hong Kong yang mengaku kenal Azura.
Kebanyakan mereka membagikan cerita perkenalan dengan Azura dan bagaimana ia mengakali berbagai keadaan untuk melakukan tindakan diduga penipuan. Uang yang terlibat dalam akusisi ini tak ada yang kurang dari 500 ribu dolar Amerika atau Rp7 miliar.
"Nama aslinya adalah Enjang Widhi Palupi, lahir di Kediri, Jawa Timur, pada 27 Oktober 1978," unggah salah satu orang di grup WhatsApp yang sengaja dibuat untuk mengumpulkan semua dugaan penipuan oleh Azura.
Juru bicara Dartmouth Diana Lawrence memberitahu Post Magazine, pihaknya telah secara resmi mengonfirmasi tak punya alumnus bernama Azura Mangunhardjono. Penyangkalan serupa juga disuarakan Penulis senior Brown University, Kevin Stacey.
Sepengetahuan Diane, tidak ada orang yang pernah bertemu dengan orangtua atau orangtua tiri Azura, terlepas dari ceritanya tentang mengunjungi keluarga di kediaman pribadi di luar Paris. Pada kolom sesi tanya-jawab di Facebook, Azura sempat menulis, ibunya tinggal di San Sebastián de Los Reyes, Madrid, Spanyol.
Saat tak menyebut ibunya sebagai pengacara yang pernah membantu pemilihan Bill Clinton, pada segelintr orang, Azura mengaku sang bunda telah meninggal dunia, seperti ayahnya. Tapi, kadang ayahnya bisa 'kembali hidup' dan membutuhkan uang untuk lepas dari pacarnya yang berkelakukan tak baik.
Advertisement
Utang yang Menumpuk
Wellfine Properties, pihak penyewa kediaman Azura di Hong Kong mengatakan, pada 12 Maret 2019, sang sosialita menunggak sewa sebesar 460 ribu dolar Hong Kong atau Rp829 juta.
Pihaknya sudah melapor polisi dan menyewa pengacara untuk mendapatkan 170 ribu dolar Hong kong atau Rp306 juta dari sebuah barang lelang yang ditawar Azura dan membuatnya rela membayar. Kendati, belum ada respons konkrit dari pihak kepolisian.
Orang lain yang pernah mengenal Azura menambahkan, sang sosialita berutang sebesar 20 ribu euro atau Rp312 juta untuk tagihan anggur yang diminum. Asisten Rumah Tangga Azura selama delapan tahun mengatakan, haknya senilai 76 ribu dolar Hong Kong atau Rp137 juta belum dibayarkan.
Bahkan, pembersih karpet dan tukang bunga mengaku diutangi Azura. Lalu, ada Lori, orang yang juga pernah mengenal Azura ini punya kegusaran serupa saat mereka dijanjikan investasi di bisnis berlian.
Di waktu pembagian keuntungan, Azura malah hilang tak ada kabar. Lori mengatakan, Azura masih berutang sebesar 65 ribu dolar Amerika atau Rp917 juta pada mereka. "Saya tak malu mengatakan, saya pernah mempercainya," kata Lori.
Di sisi lain, Azura dikenal sebagai pengoleksi edisi terbatas tas-tas Hermes. Karenanya, saat April 2018, pengoleksi barang mewah asal Hong Kong, Laurent, sangat senang bisa membeli salah satu tas Azura.
Telah membayarkan sejumlah uang yang nilainya tak ingin ia sebut, tas tersebut tak kunjung sampai. Dari sebegitu banyak masalah, sebenarnya di mana keberadaan Azura sekarang?