Liputan6.com, Jakarta - Tak menjadi destinasi populer di Indonesia bukan berarti Banda Aceh tak menyimpan destinasi wisata yang menarik. Apalagi, kota berjuluk Serambi Mekah ini menyimpan sejarah panjang yang tak lekang oleh waktu.
Museum dan monumen cukup tersebar di sana. Ada pula destinasi wisata alam yang gampang diakses lantaran lokasinya tak jauh dari pusat kota.Â
Apa saja destinasi wajib kala Anda singgah di Banda Aceh? Liputan6.com merangkum enam di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber, Kamis, 12 Desember 2019.
Advertisement
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Bauturrahman juga merupakan ikon utama Banda Aceh. Terletak di pusat kota Provinsi Aceh, masjid ini tak hanya tempat ibadah, masjid ini juga saksi perlawanan rakyat Aceh atas penjajahan dan masa-masa era kejayaan kesultanan Aceh. Masjid ini juga menjadi tempat warga menyelamatkan diri saat tsunami melanda kota itu pada Desember 2004.
Masjid Raya yang asli dibangun pada 1612 dan menjadi benteng pertempuran untuk masyarakat Aceh melawan Belanda. Masjid yang asli kemudian hancur dan kembali dibangun pada 1879.
Baca Juga
Wisatawan bisa menghabiskan waktu dengan mempelajari sejarah Masjid Raya Baiturrahman, menikmati keindahan arsitektur yang dirancang oleh arsitek Belanda yang bernama Gerrit Bruins, atau berfoto di sekitar Masjid Raya Baiturrahman seluar empat hektare tersebut. Setelah direnovasi, halaman masjid kini dipasangi payung-payung elektrik berukuran raksasa. Bentuknya mirip seperti yang terpasang di Masjid Nabawi, Madinah. Payung tersebut berfungsi yang melindungi jemaah baik saat hujan maupun panas.Â
2. Museum Rumah Cut Nyak Dien
Tempat wisata berikutnya yang wajib dikunjungi adalah rumah Cut Nyak Dien. Lokasinya tepatnya bukan di Banda Aceh, melainkan di Desa Lampisang, Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar, atau sekitar 10 kilometer dari Kota Banda Aceh. Posisi Museum Rumah Cut Nyak Dhien ini persis di sisi jalan raya, sehingga kita mudah menemukannya.
Rumah tersebut sebenarnya hanya replika lantaran rumah yang asli sudah dibakar habis oleh Belanda pada 1896. Rumah itu dibangun kembali dan difungsikan menjadi museum pada 1987 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fuad Hasan.
Museum ini berbentuk rumah panggung dengan konstruksi kayu dan atap rumbia, seperti umumnya rumah adat Aceh. Rumah panggung ini disangga oleh sekitar 65 tiang kayu. Ukuran rumah sekitar 25 meter x 17 meter dan didominasi warna hitam.
Â
Di museum ini, pengunjung bisa menyimak silsilah keturunan keluarga Cut Nyak Dien dan melihat foto-foto yang menggambarkan perjuangan Aceh melawan Belanda. Terdapat juga kursi-kursi kayu dan meja replika tempat para tokoh pejuang untuk berunding dan menetapkan strategi perang, serta beberapa koleksi senjata yang dipajang, yaitu rencong dan parang.
3. Museum Tsunami
Museum Tsunami adalah monumen untuk memperingati bencana tsunami yang melanda Aceh pada penghujung 2004. Di museum ini, pengunjung bisa merasakan suasana mencekam saat detik-detik gemuruh gelombang air laut naik. Kaca-kaca yang terdapat dalam museum memang sengaja didesain seperti teradang dengan derasnya air gelombang tsunami.
Museum ini terdiri dari empat lantai yang setiap lantainya dipajang foto-foto keadaan pasca-tsunami, nama-nama korban yang dipajang di dinding, dan puing-puing sisa setelah bencana. Museum rancangan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini bukan hanya sekadar untuk pameran dan tempat penyimpanan sisa bencana, tetapi juga dirancang sebagai tempat evakuasi jika terjadi bencana serupa di masa yang akan datang.
Museum ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Letaknya ini dekat sekali dengan Masjid Besar Aceh atau Masjid Baiturrahman Aceh, yakni hanya sekitar 700 meter dan hanya memakan waktu sekitar dua menit.
4. Monumen Seulawah
Satu lagi wisata sejarah yang bisa dinikmati di Banda Aceh yaitu Monumen Seulawah. Monumen ini terletak di Kota Banda Aceh, tepatnya di Lapangan Blang Padang, Kecamatan Baiturrahman, Banda Aceh. Dari pusat kota memakan waktu sekitar satu jam perjalanan.
Monumen Seulawah merupakan monumen replika Pesawat Seulawah RI 001, yakni pesawat pertama milik Indonesia. Sementara, pesawat yang asli ditempatkan di Taman Mini Indonesia Indah.
Pesawat jenis Dakota ini memiliki panjang sekitar 19,66 meter dan rentang sayap yang mencapai 28,96 meter dan menggandeng dua mesin berbobot 8,030 kg. Pesawat ini mampu mengudara dengan kecepatan maksimum 346 km per jam. Sumber dananya diperoleh dari sumbangan warga Aceh.
Advertisement
5. Pantai Lampuk
Setelah berkunjung ke masjid dan museum peninggalan sejarah di Banda Aceh, pantai bisa menjadi opsi selanjutnya untuk dikunjungi selanjutnya. Pantai Lampuk, pantai pasir putih dan pepohonan pinus yang rindang.
Terdapat empat jalur masuk yang bisa dilalui oleh para pengunjung untuk menuju ruas pantai yang berbeda, yaitu Babah Satu, Babah Dua, Babah Tiga, dan Babah Empat. Masing-masing pintu masuk dinamai berurutan sesuai posisinya, dari yang paling selatan ke yang paling utara.
Alur yang banyak dilalui para pengunjung lokal umumnya adalah Babah Satu dan Babah Dua, sedangkan turis asing biasanya datang dari jalur Babah Tiga. Ombak yang bagus di Pantai Lampuk menjadikan pantai ini ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun mancanegara untuk kegiatan surfing.
Ada pula fasilitas permainan air seperti banana boat dan konservasi penyu. Pengunjung dapat menemukan sejumlah tukik atau anak penyu yang ditampung di kolam kecil di salah satu sisi area ini dan akan dilepas ke laut saat mereka dianggap mampu bertahan di alam lepas.
Selain itu, tak perlu khawatir untuk pengunjung yang ingin mengisi perut, pengunjung dapat dengan mudah menemukan kios-kios penjaja menu seafood, seperti ikan bakarar, seperti ikan rambe, kerapu, bawal, udang dan cumi.
6. Taman Ratu Safiatuddin
Taman Ratu Safiatuddin adalah komplek rumah adat dari kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Aceh. Terhitung di tempat ini terdapat 23 rumah adat serta baju tradisionalnya sehingga dijuluki sebagai 'Taman Mininya Aceh'.
Taman ini memamerkan kekayaan kebudayaan di Banda Aceh dan nilai-nilai adat istiadat masih dipegang teguh oleh daerah setempat. Taman itu juga sering dijadikan diadakan berbagai festival budaya serta seni pertunjukan.Â
Taman ini berlokasi bersebelahan dengan Kantor Gubernur Aceh, di Jalan Teuku Nyak Arief Desa Lampriek, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Tak dikenakan biaya untuk masuk ke sini. (Adhita Diansyavira)
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement