Sukses

Sensasi Menginap di Pusat Kota Ditemani Mural Wajah Jakarta

Ada gambar bemo, penjual kerak telur, hingga ondel-ondel di dinding Aloft Hotel Jakarta.

Liputan6.com, Jakarta - Sebelum matahari tenggelam di ufuk barat pada akhir pekan pertama Desember 2019, aktivitas di sekitar Jalan Wahid Hasyim terlihat cukup padat. Kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat ini dihiasi oleh jajaran hotel, restoran, hingga kafe.

Kendaraan silih berganti keluar-masuk ke salah satu hotel, Aloft Hotel Jakarta. Jika ditengok dari sisi terluar, jarak antara gerbang yang lengkap dengan pengamanan ketat hingga lobi, tampak cukup jauh.

Memakan waktu sekitar satu menit dengan berjalan kaki. Bukan tanpa alasan, hotel berbintang empat ini menjunjung tinggi keamanan berlapis, terlebih karena hotel ini berada di bawah naungan Marriott International.

Liputan6.com berkesempatan untuk menikmati sensasi menginap di hotel di pusat kota tersebut. Saat memasuki jalan menuju hotel, tamu akan disambut dengan tembok bernuansa hijau yang dipenuhi tanaman rambat.

Di sisi kiri disediakan tempat parkir mobil setidaknya untuk 11 mobil dan satu area khusus handicapped parking only. Sebelum kaki melangkah ke lobi, diwajibkan untuk melewati pengecekan x-ray.

Setelah itu, pintu dengan sensor otomatis akan terbuka dan tamu dapat check-in atau bertanya informasi lebih lanjut di front desk. Sembari menunggu proses check-in, disediakan pula welcome drink gratis seperti lemon tea dan infused water. "Enjoy our welcome drink," demikian sapaan hangat dalam keterangan.

Saya menanti sejenak proses check-in dengan duduk di bangku di Refuel by Aloft. Area ini menyediakan beragam makanan ringan, camilan, hingga mi instan yang didominasi dengan brand-brand luar dan tertulis "grab a bite cash put at the front desk,".

Dekat front desk dan Refuel, terdapat Anjungan Tunai Mandiri (ATM), beberapa lukisan bercerita di dinding, serta tersedia beragam merchandise dari Aloft Hotel Jakarta.

Sejenak saya tertegun dengan sentuhan berbeda yang dihadirkan di dinding-dinding lobi yang dibalut sentuhan abu-abu. Ada mural yang melukis wajah dan budaya Jakarta secara umum yang sangat mudah dikenali.

Masing-masing gambar turut diwakili oleh keterangan pendek yang ditulis dengan tangan. Pada sudut kanan bawah dinding, tertulis "art yan 6/3/2017" yang merupakan persembahan dua seniman bernama Nugraha Pratama dan Nur Cahyono.

Gambar pertama dalam mural yang saya tangkap adalah Bundaran Hotel Indonesia dengan dilengkapi keterangan "Bersiap menyusuri jalan Jakarta untuk bersiap menemukan banyak kejutan,".

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Dari Mural Ojeg hingga Gambar Tari Topeng Betawi

Wajah Jakarta juga sangat lekat dengan kehadiran ragam pilihan transportasi. Dihadirkan pula dalam mural di dinding lobi Aloft Hotel Jakarta adalah ojeg dan tertulis "pelesir di Jakarta tidak perlu bawa peta, cukup tanya orang atau naik ojeg,".

Ada pula bajaj. Saya sendiri tak bosan melihat keterangan yang terkadang jenaka dari setiap refleksi 'wajah' Jakarta yang dituangkan dalam mural seperti "jangan lupa naik bajaj kendaraan paling berisik dan paling nekad,".

Di ujung kanan dinding, saya mendapati gambar bemo yang saat ini memang telah langka di Jakarta. Selain transportasi, digambarkan pula soal destinasi dulu dan seperti Pasar Baru dan jalan di sekitar Monumen Nasional (Monas).

"Keempat jalan yang mengelilingi monas itu namanya Medan Merdeka jika di sisi barat nama jalannya Jalan Medan Merdeka Barat," demikian keterangan yang tertulis.

Puas melihat-lihat mural, saya yang sudah memegang kartu kamar memilih untuk menuju kamar yang terletak di lantai delapan. Saat pintu lift terbuka, jendela di sisi kiri menampilkan pemandangan bangunan-bangunan tinggi sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan dan tampak pula Monas.

Melangkah menuju kamar, ketika pintu dibuka di kiri terdapat wastafel, cermin besar, dan amenities seperti sabun, sikat gigi dan pasta gigi, sisir kecil, hingga shower cap. Tepat di sebelahnya ada toilet dan di atasnya ada tumpukan handuk, lalu shower lengkap dengan sampo dan sabun.

Masih dekat dengan sisi ini, ada lemari memanjang lengkap dengan laci berisi hair dryer. Sementara pintu lemari yang digeser dan terbuka otomatis akan membuat lampu di dalamnya menyala. Saya lihat meja setrika lengkap dengan setrika uap yang menempel di lemari.

Usai menelusuri sisi depan, saya menuju tempat tidur yang berukuran king dibalut seprai dan bed cover putih. Tepat di dinding atas dekat tempat tidur, dihadirkan lukisan panjang yang merangkum cerita singkat dan gambar soal Tari Topeng Betawi.

Sejenak merebah lelah, dari tempat tidur saya memandang dua kaca dengan tirai yang terbuka. Tepat di tengah ruangan, terdapat televisi yang menghadirkan banyak channel dalam dan luar negeri.

Ada kursi yang memanjang diletakkan di tengah, tepat di bawah televisi. Ruang-ruang kosong di sisi kiri-kanan kaca dihadirkan meja-meja lengkap dengan lampu baca.

3 dari 3 halaman

Ragam Fasilitas Aloft Hotel Jakarta

Usai asyik melihat-lihat kamar, saya pun memilih turun ke lobi dan berjalan-jalan malam di sekitar kawasan hotel. Ada beberapa tempat wisata populer yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Aloft Hotel Jakarta, seperti Monas dan pusat perbelanjaan dan wisata kuliner di Jalan Sabang.

Jalan-jalan malam berakhir ketika saya memilih kembali ke hotel, bebersih, dan istirahat. Sebelum tidur pun saya berencana untuk bangun pagi agar dapat menikmati sarapan dan menyegarkan diri dengan berenang.

Pagi hari sekitar 08.30 WIB, saya terbangun dan bergegas bebersih diri dan meluncur menuju restoran Aloft, Nook Restaurant yang berada di lantai satu. Breakfast dibuka untuk tamu mulai 06.00--10.30 WIB.

Restoran menyediakan makanan Asia dan Western. Untuk santapan Asia terdapat kwetiau, ayam balado, dan perkedel, sementara makanan Western terdiri atas spicy potato, baked bean, sauteed mushroom, dan sausage.

Ada pula egg corner, bubur ayam, sup asam manis, corner buah, susu, cereal serta aneka minuman seperti infused water, teh, dan kopi.

Saya memilih sajian mi asam pedas berisi soun dan bakso yang terasa menyegarkan. Tak ketinggalan, seporsi kecil bubur ayam, sepiring nasi uduk berisi sosis dan sedikit baked bean yang memberi sensasi kombinasi manis dan asin.

Secangkir latte menemani pagi saya di Aloft Hotel Jakarta. Setelah mengisi energi di pagi hari, saya memutuskan kembali ke kamar untuk berganti pakaian renang. Saya pun kembali ke lantai yang sama dengan restoran di bagian luar yang menyediakan Splash, atau kolam renang.

Di sisi luar, ada beberapa meja-meja dan kursi sebagai smoking area. Dekat sana juga terdapat Recharge atau gym Aloft yang dibuka 24 jam non stop.

Kembali ke kolam renang, fasilitas ini dihadirkan dengan kedalaman 1,2 meter dan tanpa lifeguard. Di kolam renang semi outdoor ini juga dipasang beberapa tanda "No Diving".

Selain restoran dan gym, Aloft Hotel Jakarta juga ada W XYZ Bar yang menyediakan ragam minuman alkohol dan non-alkohol, ada pula re:mix Lounge, dan meja biliar di tengah kawasan ini yang dapat dimainkan oleh siapa saja. Di bagian luar bar, terdapat meja-meja dan kursi outdoor sebagai smoking area.

Aloft Hotel Jakarta memiliki total 180 kamar berdesain urban, artsy, dengan perpaduan beragam sentuhan mural yang menggambarkan kearifan lokal.