Sukses

Cerita Wanita Kulit Hitam Pertama yang Traveling ke Kutub Utara dan Selatan

Di usianya yang tak lagi muda, Barbara Hillary melakukan traveling ke salah satu wilayah paling dingin di bumi.

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda terpikir atau merasakan travelling di wilayah Kutub Utara atau Selatan?  Keduanya sama-sama daratan di ujung Planet Bumi yang didominasi salju dan sangat dingin.

Suhu di Kutub Utara rata-rata sekitar -34 derajat celcius. Sedangkan, Kutub Selatan bisa mencapai -49°C yang menjadikannya wilayah terdingin di bumi. 

Jadi wajar saja kalau tak banyak orang yang melakukan perjalanan atau traveling ke Kutub Utara dan Kutub Selatan. Barbara Hillary termasuk salah satu dari sedikit nama yang berhasil mencetak sejarah di dunia traveling.

Di usianya yang tak lagi muda, ia berhasil menjadi perempuan kulit hitam pertama yang mencapai dua Kutub tersebut. Dilansir dari laman NY Times, 3 Desember 2019, Barbara dikabarkan meninggal dunia belum lama ini pada usia 88 tahun. 13 tahun sebelumnya, ia berhasil tiba di Kutub Utara pada usia 75 tahun.

Barbara adalah seorang perawat. Di usia 20-an, wanita asal New York, AS ini sempat menderita kanker payudara dan di usia 60 dirinya menderita kanker paru-paru.

Setelah pensiun pada usia 55 tahun, perempuan itu memutuskan untuk berpetualang. Dia pernah pergi berseluncur di Quebec sampai memotret beruang kutub di Manitoba, keduanya di wilayah Kanada.

Saat itulah, Barbara baru mengetahui bahwa tidak ada perempuan keturunan Afrika-Amerika yang pernah ke Kutub. Merasa tertantang, ia pun bertekad untuk menjadi yang pertama, sebelum akhirnya berhasil mencapai Kutub Utara pada usia 75 tahun.

Barbara sempat mengalami berbagai tantangan. Pertama, ia sama sekali tak punya organisasi maupun pendanaan sehingga harus mengandalkan donasi. Selain itu, Barbara Hillary sudah kehilangan 25 persen dari kemampuan bernapasnya karena operasi kanker paru-paru.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Jangan Membuat Pilihan Membosankan

Barbara juga harus belajar untuk melakukan ski demi pergi ke kutub utara. Wanita yang suka membaca kisah petualangan sejak kecil ini juga makan lebih banyak sayuran, berolahraga, dan meningkatkan asupan vitamin.

Ketika akhirnya berhasil mencapai Kutub Utara, Barbara tak hanya merasa senang dan bangga. Ia tak berpuas diri dan bahkan tertantang untuk melakukan lebih.

"Aku tidak pernah merasakan rasa senang dan bersemangat seperti itu. Aku berteriak, melompat-lompat, selama beberapa menit pertama saat mencapai Kutub Utara," ujarnya kepada The New Yorker kala itu.

Empat tahun setelahnya, Barbara akhirnya berhasil berdiri di Kutub Selatan, tepatnya pada 6 Januari 2011. Di sana, ia pun menyadari dampak perubahan cuaca pada Bumi. Sebelum kematiannya, ia bahkan sempat bepetualang ke Mongolia dan bertemu suku nomaden yang kehidupannya terancam akibat perubahan cuaca.

Terlepas dari petualangannya, Barbaraa juga menghabiskan sisa hidupnya setelah pensiun untuk menjadi pembicara dan motivator seputar perubahan iklim. Ia juga pernah meninggalkan pesan mendalam bagi anak-anak muda ketika berbicara di sebuah acara kelulusan.

"Di setiap fase dalam hidupmu, lihat apa saja pilihan yang kamu punya. Tolong, jangan pilih hal yang membosankan," ujarnya. Ucapan itu seperti mencerminkan diri Barbara Hillary yang hidupnya penuh petualangan yang tentunya tak membosankan.