Liputan6.com, Jakarta - Suara bising dari pekerjaan ekskavator terdengar sesaat tiba di kawasan Hutan Kota by Plataran yang berlokasi di Gelora Bung Karno (GBK). Para pekerja bangunan juga masih sibuk menyelesaikan sejumlah pekerjaan konstruksi, seperti menyelesaikan Glass House Melati, membereskan amphiteater, menyempurnakan musala, hingga membereskan coffee shop.
Meski begitu, Founder dan CEO Plataran Group, Yozua Makes mengumumkan bahwa tempat yang menempati lahan milik Sekretariat Negara tersebut akan mulai beroperasi besok, Kamis, 20 Desember 2019. Bahkan, tempat itu sudah diagendakan untuk dipakai dalam perayaan 100 Tahun Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
"Kami memang sponsor aktif untuk kanker. Kami bekerja sama dengan RSCM membangun rumah singgah bagi penderita kanker," ujar Yozua.
Advertisement
Baca Juga
Ia percaya diri bahwa Hutan Kota sudah layak digunakan sebagai tempat berlangsungnya acara penting. Pasalnya, proses revitalisasi bangunan utama yang menjadi jantung Restoran Tigadari relatif sudah beres. Hanya perbaikan-perbaikan minor yang masih berlangsung tanpa mengganggu kenyamanan para tamu.
Bangunan utama itu terbagi menjadi beberapa ruang. Ruang pertama yang akan dimasuki tamu bila turun di pelataran depan adalah Lobi Garuda. Terdapat sekat terbuka yang menjadi pemisah antara lobi dan Ruang Garuda.
Kesan mewah dan megah langsung terasa begitu memasuki ruangan tersebut lewat penggunaan belasan lampu gantung berukuran besar berbahan tembaga yang mengisi langit-langit tinggi. Belum lagi lantainya yang menggunakan tegel cokelat susu bermotif yang sepertinya dipesan khusus.
Nuansa Indonesia terasa lewat penggunaan anyaman rotan yang menghiasi langit-langit. Dewi Makes, founder Plataran Group menyebut seluruh bahan baku memanfaatkan sumber daya lokal yang bekerja sama dengan UMKM.
"Semua material berasal dari Indonesia. Mereka bekerja dengan semangat tinggi," kata Dewi.
Menuju sayap kiri, terdapat Ruang Indonesia Raya. Ruangan semi outdoor itu juga tetap mempertahankan rotan di langit-langitnya. Berbeda dengan ruangan sebelumnya, ruangan di sini terkesan lebih kasual dengan pemandangan terbuka ke taman.
Sementara, di sayap kanan terdapat ruang yang lebih privat, yang dinamai Ruang Merah Putih. Sesuai namanya, ruangan itu didominasi oleh warna merah dan putih. Nantinya, bunga yang akan mempercantik taman di Hutan Kota juga akan dipilih yang berwarna merah dan putih.
Sekilas penataan Ruang Merah Putih mirip dengan desain interior di Plataran Menteng. Seorang pelayan mengamininya dengan menyebut desain ruang merupakan kombinasi gaya di Plataran Menteng dan Plataran Dharmawangsa.
Di luar itu, masih ada sejumlah ruangan makan di lantai dua. Bila Anda berkesempatan menikmati hidangan di sini, pilihlah salah satu meja di ruang berdinding kaca. Anda bisa melihat hijaunya taman di sekitar GBK. Akan semakin cantik bila seluruh pekerjaan konstruksi telah selesai.
"Kami targetkan akhir Januari nanti, Pidari Coffee sudah bisa dibuka," ujar Dewi. Pidari adalah restoran yang lebih kasual untuk menyasar target pasar para milenial.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Gunakan Dana Pemerintah
Yozua menggandeng Firma Arsitek Hadiprana sebagai perancang eksterior maupun interior Hutan Kota. Ia mengklaim menggunakan seluruh bahan terbaik untuk membangun tempat itu.
"Kita enggak mau setengah-setengah, kita mau yang terbaik," ujarnya.
Meski tak mau menyebutkan angka terkait modal yang dihabiskan untuk membangun tempat tersebut, Yozua memastikan tidak ada satu sen dana dari pemerintah. "Seluruhnya dari Plataran, dari anak-anak kami yang punya mimpi. Setelah dioperasikan nanti, tidak ada satu sen pun yang akan dikeluarkan pemerintah untuk pemeliharaan dan perawatan," tutur dia.
Â
Maka itu, Plataran akan mengutip kontribusi dari para pengunjung, baik lewat penyewaan venue maupun dari harga yang dipasang pada menu. Kenyamanan pengunjung menjadi cara untuk menarik pelanggan, khususnya dari tamu asing dan kalangan berduit. Fasilitas yang disediakan pun disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung.
"Kita nantinya ada pet park yang bisa dijadikan tempat bermain anjing peliharaan para pengunjung. Tapi, seperti taman di mana pun juga, seperti di Central Park New York, kita akan ada rules-nya," ujarnya.
Yozua menjabarkan program very important dog untuk mengidentifikasi bahwa anjing yang dibawa sudah divaksinasi. Juga, ada sistem pemisahan antara anjing kecil dan anjing besar serta pengolahan kotoran agar taman tetap terjaga kebersihannya. "Kita tidak mau ada fight dog di sana," imbuhnya.
Yozua menegaskan Hutan Kota tidak sekadar menawarkan tempat makan dan tempat pertemuan, tetapi menjadi representasi dari Indonesia. Mereka yang datang diharapkan bisa belajar tentang sejarah dan kekayaan bangsa lewat sejumlah fasilitas.
"Mohon teman-teman untuk jaga bersama. Ini representasi Indonesia, mari kita rawat bersama-sama," ujarnya.
Advertisement