Sukses

Masjid Terbesar di Eropa Bisa Berubah Warna Saat Azan Berkumandang

Masjid yang dihiasi oleh dekorasi marmer ini diklaim otoritas Chechnya sebagai masjid terbesar dan terindah di Eropa.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia telah meresmikan tempat ibadah umat Muslim yang diklaim menjadi yang terbesar di Eropa, yaitu Masjid Prophet Mohammed. Dengan desainnya yang megah, masjid tersebut menjadi perhatian sebab akan berganti warna saat azan berkumandang tiba.

Masjid yang terletak di Kota Shali, Republik Chechnya, Rusia ini diresmikan pada 23 Agustus 2019 yang dihadiri oleh para pejabat tinggi setempat, perwakilan negara asing dan masyarakat sekitar.

Dilansir dari Reuters, Kamis, 26 Desember 2019, masjid yang dihiasi oleh dekorasi marmer ini oleh otoritas Chechnya telah ditetapkan sebagai masjid terbesar dan terindah di Eropa.

Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, mengatakan masjid yang terletak di Shali, sebuah kota yang terdiri dari 54 ribu orang ini memiliki desain yang unik dan megah dalam bentuknya.

Masjid yang megah ini memiliki empat menara yang menjulang tinggi di setiap sudut bangunan. Pada bagian tengah masjid terdapat sebuah kubah seperti masjid pada umumnya.

Sementara itu, pada bagian halaman masjid terdapat tumbuh-tumbuhan dan air mancur yang bisa memanjakan mata pengunjung. Jika dihitung dengan luas di halaman, masjid terbesar di Eropa ini memiliki daya tampung sebanyak 70 ribu orang.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Berganti Warna

Hal menarik lainnya dari masjid ini ialah saat azan berkumandang masjid tersebut akan berganti warna, mulai dari hijau, biru, ungu, merah muda, merah, dan warna lainnya. Hal inilah yang membedakan masjid ini dengan yang lainnya.

Desainnya yang sangat artsy dan menawan yang memiliki luas 9.700 meter persegi ini dikabarkan merupakan buah tangan dari arsitektur terkenal asal Uzbekistan.

Pembangunan tempat ibadah umat Muslim ini merupakan salah satu langkah yang dilakukan oleh Kadyrov setelah menjabat sebagai pemimpin di Chechnya. Dengan penduduk yang masyoritas memeluk agama Islam, hadirnya masjid ini diharapkan dapat menghidupkan kebangkitan Islam di Rusia.

Sebelumnya, Kadyrov pun pernah membangun sebuah masjid di Grozny pada 2008, tetapi keberadaan masjid tersebut telah rusak akibat perang Moskow setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991. 

Meskipun pembangunan masjid tersebut sempat mendapat kritikan dari berbagai lembaga HAM, ada pula pihak yang memuji tindakan Kadyrov karena ia berhasil membawa ketenangan dan stabilitas di wilayah Federasi Rusia tersebut.  (Tri Ayu Lutfiani)