Sukses

Pramugari Singapura Ungkap Pahit Manis Profesi, dari Tak Ada Beban Lembur hingga Kesepian

Seorang pramugari mengaku ia harus mengajukan cuti setahun sebelumnya agar bisa diterima.

Liputan6.com, Jakarta - Profesi pramugari tampak glamor. Mengenakan seragam dengan prestise tertentu, dibayar untuk suatu perjalanan, ditambah dengan tunjangan yang layak.

Di balik penampilan yang terawat dan senyum sempurnanya, menjadi pramugari juga memiliki kelemahan. Sejumlah pramugari dan mantan pramugari mengungkapkan pengalamannya, baik suka dan duka.  Berikut sukanya menjadi pramugari, seperti dilansir dari AsiaOne, Senin (30/12/2019).

Mengubah Perspektif tentang Dunia

Bepergian dapat menambah pandangan tentang budaya yang berbeda. Hal itu diungkapkan Jacqueline yang berusia 28 tahun dan telah menjadi pramugari selama enam tahun hingga sekarang.

"Saya merasakan kelebihan terbesar dari pekerjaan ini adalah dapat memperluas pola pikir dan mengubah perspektif tentang cara memandang dunia dan orang-orang pada umumnya," ungkap Jacqueline.

Sementara itu, Queenie berusia 28 tahun, mantan pramugari yang telah terbang selama dua setengah tahun mengatakan perjalanan dilakukan dalam rentang waktu singkat, berbeda dibandingkan ketika bepergian dengan santai.

Sementara, Jing berusia 28 tahun yang telah terbang selama enam tahun mengatakan, menjadi pramugari bisa bertemu dengan banyak orang yang berbeda, bisa mencoba semua jenis makanan. "Ini benar- benar pekerjaan gaya hidup," jelasnya.

Tak Perlu Bekerja Lembur

Selain itu, Sarah berusia 34 tahun, mantan pramugari yang berpengalaman selama 11 tahun mengungkapkan, para pramugari harus bekerja keras di dalam pesawat. Tapi begitu penumpang meninggalkan pesawat, pekerjaannya selesai dan tak perlu lembur.

Mengunjungi Kota Berbeda Setiap Hari

Menurut Jing, bangun tidur di suatu negara, dan berada di negara lain pada hari berikutnya. Sementara yang menggembirakan bagi Jacqueline, tidur di kamar hotel yang berbeda dan di kota yang berbeda hampir setiap hari.

Senada dengan Jacqueline, Marissa mantan pramugari berusia 28 tahun mengatakan, ia sempat menikmati seminggu di Tokyo  dan minggu berikutnya di Milan, Italia.

Pengalaman Belanja Terbaik

Mark mempunyai pengalaman berbelanja. Lelaki yang telah selama 29 tahun mengatakan tak perlu membayar biaya pengiriman dan barang- barang bisa lebih terjangkau. Ada juga barang atau merek yang tak dapat ditemukan di tempat lain, tapi ada di Singapura.

"Jika Anda membeli barang bermerek, Anda juga dapat mengklaim PPN (pajak pertambahan nilai) di luar negeri," katanya.

Seperti Perjalanan dengan Teman

Meski banyak cerita horor dan desas-desus tentang profesi pramugari, Marissa memiliki pengalaman positif. Menurutnya, meski orang mungkin mengatakan bepergian sebagai pramugari, tak dapat memilih orang yang bersama Anda.

Namun, Marissa bertemu banyak kru hebat saat ia menjadi pramugari. Hal itu yang membuatnya seperti bepergian bersama teman. Jing melanjutkan, setiap penerbangan pasti ada kru yang berbeda. Namun, jika beruntung bisa bertemu dengan seseorang yang dikenal.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

2 dari 2 halaman

Duka Jadi Pramugari

Penghasilan yang Tak Bisa Diprediksi dan Sedikit Kenaikan Karier

Mark membagikan kesalahpahaman tentang penghasilan pramugari. Penghasilan pramugari sangat variatif, bisa bagus satu bulan dan buruk  bulan berikutnya.

Ia mencontohkan, saat terjadi sindrom pernapasan akut (SARS) di Singapura, ia tak bisa terbang selama dua minggu dalam sebulan. Selain tak ada penerbangan, bandara pun kosong.

Padahal, menjadi pramugari merupakan profesi yang nyaman jika sering terbang. Mark mengatakan, penghasilannya bisa di atas rata-rata di Singapura. Seseorang lulusan politeknik, misalnya, penghasilannya bisa mencapai 3 ribu dolar Singapura atau Rp31 juta dalam sebulan.

Kesepian dan Kehilangan Momen Spesial

Menjadi pramugari tak bisa menghabiskan waktu bersama dengan orang yang mereka cintai. Menurut Jacqueline, benar-benar menyebalkan saat tak bisa bersama orang-orang yang kita cintai karena komitmen kerja. Senada seperti diungkapkan Jing, menjadi pramugari kehilangan banyak momen penting di rumah bersama keluarga dan teman-teman.

Susah Cuti

Marissa menuturkan, kadang-kadang sulit untuk mengambil cuti atau mengubah jadwal penerbangan. Kata Sarah, "Anda harus mendaftar satu tahun sebelumnya".

Masalah Jetlag dan Kesehatan

Sementara bila memperbaiki jarak antara teman dan keluarga dapat diatasi dengan menghabiskan hari libur bersama mereka, tapi ada  komplikasi lain yang memiliki efek yang lebih tahan lama pada pramugari ini.

"Kami terpapar sinar UV dan radiasi ketika terbang dari satu benua ke benua lain," kata Queenie.

Tak hanya itu, menjadi pramugari juga rentan terhadap masalah kesehatan. Jetlag sesuatu yang tak menyenangkan. Bagi Marissa, menjelajahi berbagai negara dengan kondisi kurang tidur atau jetlag, membuatnya seperti tak hadir di tempat itu. Ia terkadang merasa seperti melakukan perjalanan yang sia-sia.