Sukses

Kisah Korban Banjir Lebak Bertahan Hidup dalam Kondisi Seadanya

Korban banjir Lebak sempat terisolasi beberapa hari akibat jembatan satu-satunya di kampung mereka terputus.

Liputan6.com, Jakarta - Hujan deras yang mengguyur sejak Selasa malam, 31 Desember 2019, di Kecamatan Sajira, Lebak, Banten, tak kunjung berhenti hingga Rabu, 1 Januari 2020. Namun, warga tak pernah menyangka bila hujan tersebut mendatangkan banjir ke tempat tinggal mereka.

Arum Wandari, salah satu warga menuturkan kepada Liputan6.com, Kamis, 2 Desember 2019, air menggenangi rumah begitu cepat. Tak banyak barang yang bisa diselamatkan. Beberapa rumah bahkan hanya tersisa atapnya saja.

Menurut Arum, banjir tersebut merupakan kejadian pertama yang dihadapi masyarakat selama bertahun-tahun tinggal di sana. Akibat banjir, rumah dan barang-barang warga rusak. Warga juga tak mendapat pasokan listrik sejak dua hari lalu. 

Arum menambahkan ketersediaan makanan dan minuman menipis. Banyak warung tak buka. Untungnya, koneksi internet masih terhubung sehingga berita banjir di daerahnya masih bisa dikabarkan ke luar kampung.

Namun, itu pun tak mudah diperoleh. Banjir memutus jembatan satu-satunya. Warga pun bertahan hidup dengan apa yang tersisa dan mencoba saling menjaga satu sama lain.

Untungnya, pendonor tak putus asa. Mereka memutar jalan lewat hutan. Meski butuh waktu lebih lama, bantuan berupa makanan dan minuman akhirnya sampai ke tangan korban banjir. Selain itu, baju bersih untuk warga juga sudah diterima.

""Alhamdulillah tadi siang bantuan makanan dan minuman (air mineral) 15 dus sudah sampai. Kalau bantuan yang lain di sini masih kurang obat-obatan dan pakaian. Kalau pakaian kebanyakan pakaian wanita ya, untuk pakaian laki-lakinya masih kurang," sambung Arum.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Lumpur Tebal

Hingga Kamis sore, Kecamatan Sajira masih diguyur hujan deras. Namun, banjir sudah surut dan meninggalkan endapan lumpur yang tebal. "Banjir sih udah enggak, tapi di sini lumpurnya setinggi lutut orang dewasa," ujar Arum.

Warga juga sudah mengungsi ke Kampung Gubuk yang berada di kecamatan yang sama. Di sana, warga bisa mendapatkan aliran listrik dan selimut walau tak semuanya. Karena terbatas, hanya anak-anak dan bayi yang menggunakannya. 

Sementara ini, beberapa warga sudah mulai kembali ke wilayah mereka, membersihkan endapan lumpur dengan persediaan air bersih di rumah-rumah warga yang masih bisa mengalirkan air bersih. Warga juga berjaga-jaga untuk alasan keamanan.

"Ya, yang bapak-bapak sekalian jaga di kampung, kan takutnya ada yang mengambil kesempatan buat ambil barang berharga karena situasi sedang begini," tutur Arum.

Sementara untuk anak-anak dan ibu-ibu masih menunggu di pengungsian karena khawatir hujan deras akan kembali datang. "Ya, kita di sini mohon doanya aja, semoga nggak ada banjir susulan, dan coba untuk berita hoaks yang bilang kampung kita akan longsor, itu nggak benar dan malah membuat takut warga," tutup Arum. (Adhita Diansyavira)

 

Â