Sukses

Prediksi Gaya Traveling Kalangan Milenial 2020, Makin Baru Makin Seru

Meski mengandalkan informasi di media sosial, kalangan milenial justru tak mau traveling ke tempat yang terlalu ramai pengunjung.

Liputan6.com, Jakarta - Traveling belum kehilangan daya pikatnya, malah diprediksi makin naik daun di tahun ini. Kalangan milenial akan semakin mendominasi industri ini, baik sebagai pelaju maupun sebagai pelaku usaha.

"Orang sekarang mendingan kere sedikit, enggak beli barang apa-apa, daripada enggak travel," ujar Chief Executive Officer Tiket.com George Hendrata di Jakarta, Kamis, 16 Januari 2020.

Lantas, gaya traveling apa yang semakin diminati kaum milenial pada 2020? George menyebut preferensi destinasi pilihan kaum tersebut sangat dipengaruhi informasi yang tersebar di media sosial.

"Banyak dari mereka yang enggak tahu mau ke mana saat mau liburan, akhirnya nyari di Instagram," katanya.

Meski begitu, bukan berarti kalangan milenial mau pergi ke tempat liburan yang sudah terlalu pasaran. Tempat yang relatif baru dan cenderung sepi justru yang banyak dicari. Hal itu tak lepas dari kebutuhan untuk eksis di media sosial pula.

"Karena senang berbagi, mereka ingin jadi yang pertama menyebarkannya ke orang lain. Kalau sudah terlalu banyak orang, terlalu mainstream," tutur George.

Gaya traveling anak milenial yang diprediksi makin banyak dilakoni adalah bepergian dalam kelompok kecil. Hal itu berkaitan dengan kepraktisan selama perjalanan. Maka itu, berbagai online travel agent makin berkembang belakangan ini sambil menawarkan paket untuk grup kecil.

"Belum lagi sering mereka beli dulu tiket, tapi enggak tahu perginya kapan. Makanya, kita hadirkan fitur antigalau untuk mereka yang suka tiba-tiba harus cancel," sahutnya.

Khusus untuk pasar traveling milenial Indonesia, tujuan wisata domestik masih mendominasi. Lima destinasi yang makin naik di kalangan anak muda adalah Yogyakarta, Labuan Bajo, Raja Ampat, Mandalika, dan Danau Toba.

Tiga di antaranya termasuk dalam daftar destinasi super prioritas yang ditetapkan Kemenparekraf. "Jogja selalu naik... Kalau Medan, Danau Toba, itu karena ecotourism mulai jalan. Ini daerah-daerah baru, kesempatan share pengalaman lebih gede," kata George.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Domestik Belum Terkalahkan

Keyakinan George akan makin menjanjikannya wisata domestik didasarkan beberapa faktor. Pertama, jumlah atraksi wisata di Indonesia yang bejibun jumlahnya dan mulai merata di Nusantara.

"Indonesia itu masih paling gede domestik. Kunjungan wisatawan asing ke Indonesia itu masih di angka 10-16 juta orang. Sementara, kunjungan wisatawan domestik itu mencapai 110 juta," kata dia.

Alasan kedua mengapa tujuan domestik masih juara adalah peningkatan kualitas aksesibilitas.

"Pemerintah fokus untuk long term dengan buat airport baru. Setahun bisa 20 lebih airport baru yang dibuat atau yang direnovasi. Jadinya, kalau dulu harus stop over dulu, sekarang bisa direct," terang George.

Faktor ketiga yang turut mengamankan posisi wisata domestik adalah affordability. Makin mudah orang mendapatkan harga terbaik untuk keperluan traveling mereka, mulai dari tiket hingga penginapan.

"Saya pikir harga tiket pesawat mahal itu enggak akan terlalu berpengaruh. Animo travel orang enggak akan turun, tetap naik. Kemarin itu mungkin karena kaget harganya melonjak. Tiga empat tahun kan enggak ada adjustment," tuturnya.

Jadi, mau pergi ke mana tahun ini?