Liputan6.com, Jakarta - Kendaraan seakan tak kunjung usai berlalu-lalang magrib itu di jalan yang cukup sempit dekat Stasiun Gondangdia, Jakarta Pusat. Maklum saja karena saat itu banyak orang yang telah selesai bertugas.
Kian malam, aktivitas di sekitar stasiun pun terasa kian padat. Tepat di sisi kiri kanan stasiun terdapat deretan warung yang menjual beraneka ragam sajian, mulai dari hidangan ringan hingga yang mengenyangkan.
Salah satu warung bakso tampak memanjang dengan kursi-kursi yang terisi oleh mereka yang tengah menyantap hidangan berbahan dasar daging sapi itu. Dekat seng hijau, ada spanduk warna biru yang turut dipasang.
Advertisement
Baca Juga
Bakso Singo 85 namanya. Di tengah spanduk terdapat gambar singa dengan mulut terbuka yang memamerkan gigi-giginya yang tajam. Ada pula keterangan "Arema" di bagian bawah poster.
Saat ditanya apa makna nama warung bakso tersebut, sang pemilik Samri yang berasal dari Malang itu memang terinspirasi dari logo Arema, klub sepak bola Malang. Sementara angka 85 dikatakan tak memiliki arti karena hanya menambahkannya saja.
Perjalanan usaha bakso Samri bermula 20 tahun silam di Ibu Kota. Bukan berjualan di tempat, tetapi kala itu harus berkeliling mulai Kebon Sirih hingga Gondangdia dengan gerobak baksonya.
"Saya dari dulu ikut orang pengen usaha sendiri. Dipikir-pikir ikut orang begini-begini saja, jadi mau usaha sendiri," kata Samri kepada Lifestyle Liputan6.com di Bakso Singo 85, Senin, 20 Januari 2020.
Selain berkeliling, pada 2004 ia sempat berjualan di bawah kolong Stasiun Gondangdia. Namun kini, Bakso Singo 85 telah berada di sebuah tempat yang telah berjalan sekitar delapan tahun lamanya.
"Isinya pangsit goreng, tahu, siomay, bakso halus, bakso urat, satu porsinya. Harganya Rp13 ribu," lanjutnya.
Warung bakso milik Samri ini juga menyediakan lontong. Untuk satu porsi bakso dan lontong seharga Rp15 ribu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Persiapan Sebelum Jualan
Sebelum buka pukul 10.00, Samri terlebih dahulu mempersiapkan berbagai hal seperti berbelanja bahan-bahan ke pasar sekitar pukul 05.00. Jika semua bahan telah lengkap, ia kembali ke rumah dan melakukan proses selanjutnya.
"Persiapan pagi ke pasar bikin bakso, bikin pangsit goreng, rebus tahu, bikin siomay, begitu juga bihun, rebus mi, abis itu udah kelar persiapan langsung berangkat ke tempat penjualan," ungkap Samri.
Untuk proses membulatkan bakso ia lakukan sendiri karena daging sebagai bahan utama dari bakso, telah digiling dahulu di pasar. Begitu persiapan selesai, ia berangkat ke warung baksonya.
Bakso Singo 85 buka mulai Senin hingga Sabtu mulai pukul 10.00--20.30 WIB. Samri menyebut pengunjung didominasi oleh para pekerja kantoran, mengingat Stasiun Gondangdia dikelilingi oleh beragam perusahaan.
"Paling ramai kadang waktu makan siang sama sore jam 4 sampai malam. Kebanyakan (yang datang) orang kantor pulang kerja kalau sore," tambahnya.
Salah seorang pengunjung yang menyantap bakso seorang karyawati bernama Ayu. Mengingat kantornya berada dekat dengan Bakso Singo 85, ia cukup sering menyantap bakso di warung milik Samri tersebut.
"Lumayan (sering) seminggu sekali. Baksonya itu enak, bakso urat urat terasa banget," kata Ayu kepada Lifestyle Liputan6.com.
Â
Kami menerima kontribusi konten untuk rubrik Kuliner Malam Jumat, yaitu tempat kuliner yang cukup dikenal, punya ciri khas, dan masih buka pada malam hari. Konten harus berupa tulisan, foto dan video berdurasi sekitar 3 menit.
Tulisan berupa cerita mendalam tentang tempat kuliner malam yang diangkat sekitar 1.000 sampai 1.500 kata, foto minimal lima buah, dan video. Format konten video bisa dilihat dari video Kuliner Malam Jumat yang sudah ditayangkan.
Hasil liputan dikirim ke email: dinny.mutiah@kly.id. Tersedia hadiah menarik bagi yang karya terpilih. Untuk pertanyaan lebih detil tentang konten liputan Kuliner Malam Jumat, bisa ditanyakan melalui alamat e-mail yang sama.
Advertisement