Sukses

Di Balik Popularitas Maskara yang Mulai Menurun

Walau popularitas maskara menurun, bukan berarti para perempuan tak lagi mendambakan bulu mata panjang nan indah.

Liputan6.com, Jakarta - Popularitas maskara dilaporkan memudar seiring banyaknya perempuan beralih menggunakan bulu mata palsu sebagai salah satu pelengkap penampilan.

“Maskara tidak mati. Tapi, penggunanya berkurang,” kata penata rias selebritas di New York, Randall Mahnke-Tang, dikutip dari CNN, 28 Januari 2020.

Tergantikannya maskara bukan berarti perempuan tidak lagi mendambakan bulu mata panjang dan indah. Mereka hanya lebih tertarik pada pilihan lain untuk membuat bulu mata memesona.

Kini, bulu mata palsu mudah didapatkan sebab sudah tersedia di berbagai toko kecantikan. Pengaplikasian mudah, yaitu cukup ditempelkan pada garis bulu mata, membuatnya makin banyak dicari kaum hawa.

Tidak hanya itu, bulu mata palsu dapat pula dikenakan setiap hari, bahkan hanya memerlukan satu pasang untuk beberapa hari. Selain bulu mata palsu yang bisa ditempelkan sendiri, ada pula ekstensi bulu mata.

“Biaya di atas 100 dolar Amerika dan pemeliharaannya juga merupakan investasi. Mereka bisa bertahan empat hingga enam minggu. Lalu, mereka bisa menggunakannya sambil berenang, yoga, pergi ke pantai, dan tidak khawatir akan luntur seperti maskara,” lanjutnya.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Penjualan Maskara Menurun

Penggunaan maskara menurut Direktur International Makeup Association Beryl Barnard telah ada sejak 1800-an. Ketika itu, maskara terbuat dari bahan-bahan, seperti petroleum jelly, semir sepatu hitam, hingga debu batu bara.

Jika dilihat perkembangannya, menurut perusaahan riset pasar Amerika NPD Group, penjualan maskara di toko-toko khusus kecantikan mengalami penurunan sebesar 5 persen dari tahun sebelumnya.

Sementara itu, penjualan bulu mata palsu justru mengalami kenaikan 15 persen. Senior Beauty Analyst Clare Henningan mengatakan, ia pun menyadari penjualan maskara yang menurun.

“Maskara masih merupakan produk kosmetik yang paling banyak digunakan. Tapi, kita telah melihat penurunan dalam penjualan maskara karena bulu mata palsu sangat populer,” katanya.

Menurut Henningan, hal ini bisa dikarenakan dua hal. Pertama, milenial lebih menyukai bulu mata palsu karena ingin penampilan yang Instagram-ready. Kedua, konsumen muda suka tampilan yang lebih murah dan tak rumit.

3 dari 3 halaman

Maskara Tergantikan Bulu Mata Palsu

Bulu mata palsu sebenarnya bukan penemuan baru. Beauty item ini telah dipopulerkan pesohor Hollywood seperti, Marilyn Monroe, Jennifer Lopez, dan Kim Kardashian.

Menurut CEO Amazing Studio Heather Elrod ekstensi bulu mata adalah tren yang berasal dari Asia sekitar 20 tahun lalu. Namun, yang mempopulerkan tampilan ekstensi bulu mata pertama ialah Hollywood.

Pada mulanya, biaya untuk ekstensi bulu mata terbilang mahal, yaitu lebih dari 400 dolar Amerika atau Rp5,5 juta. Tapi, sekarang biayanya sudah merosot jadi sekitar 100 dolar Amerika atau Rp1,4 juta. Hal ini membuat layanan kecantikan lebih mudah diakses dan semakin populer.

Salah satu salon khusus bulu mata, The Amazing Lash Studio, lantaran banyak peminat, dalam satu bulan mereka membuka dua hingga 10 lokasi baru, sehingga saat ini telah memiliki 250 cabang.

Para pelanggan yang biasa datang berusia rata-rata 39 tahun. Mereka pergi ke salon untuk perawatan bulu mata setiap dua hingga tiga minggu dengan dikenakan biaya tambahan. Menurut Elrod, perempuan yang menggunakan ekstensi bulu mata mengatakan bahwa dirinya merasa lebih percaya diri dan cantik.

Tidak hanya Elrod, influencer industri kecantikan dan piñata rias selebitas selebritas Mario Dedivanovis pun turut memberi pendapat mengenai menurunnya penjualan maskara.

Dedivanovic yang merupakan piñata rias wajah Kim Kardashian itu mengatakan, Kim masih jadi penggemar maskara, meski ia mengakui bahwa perempuan lebih banyak memanfaatkan ekstensi bulu mata.

“Maskara tidak akan pernah mati. Tapi, ekstensi bulu mata adalah pilihan gaya hidup yang lebih mudah bagi perempuan saat ini,” ujarnya. (Tri Ayu Lutfiani)