Liputan6.com, Jakarta - Aktivis lingkungan berusia 17 tahun asal Swedia, Greta Thunberg masuk dalam nominasi untuk memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2020. Ia dicalonkan oleh dua anggota parlemen setempat, yaitu Jens Holm dan Hakan Svenneling.
Dilansir dari NYtimes.com, Selasa (4/2/2020), kedua orang yang mencalonkan Thunberg sebagai salah gadis yang berhak masuk nominasi Hadiah Nobel Perdamaian itu merupakan anggota Partai Kiri Swedia.
Advertisement
Baca Juga
Keduanya juga mengungkapkan Greta Thunberg pantas mendapatkan nominasi itu karena ia telah bekerja keras terhadap krisis iklim serta mematuhi Perjanjian Paris yang disebut sebagai tindakan damai.
Kesepakatan iklim Paris pada 2015 punya beberapa poin penting, seperti meminta negara-negara maju dan berkembang untuk mengambil tindakan yang dapat menghentikan kenaikan suhu global. Selain itu, perjanjian tersebut juga berisi tentang menghindari kegiatan yang dapat mencairkan gletser, menaikkan permukaan laut, dan mengubah pola curah hujan.
Ini mengharuskan pemerintah setempat untuk membuat rencana dalam skala nasional untuk mengurangi dampak dari krisis iklim, yaitu membatasi kenaikan suhu global hingga jauh di bawah dua derajat celcius.
Usulan tersebut menjadi kali kedua bagi Greta Thunberg untuk meraih hadiah Nobel Perdamaian 2020. Pada tahun lalu, Freddy Andre Ovstegard dan dua anggota parlemen Norwegia lainnya memilih gadis yang rela berlayar dari Eropa ke benua Amerika itu karena kepemimpinannya dalam perang melawan perubahan iklim.
"Kami telah mencalonkan Thunberg, karena ancaman iklim mungkin merupakan salah satu kontribusi paling penting untuk perang dan konflik," kata Ovstegard kepada surat kabar Norwegia VG. "Gerakan besar-besaran yang dijalankan Thunberg adalah kontribusi perdamaian yang sangat penting."
Simak Video Pilihan di Bawah Ini:
Bolos Sekolah untuk Aksi
Thunberg sebagai seorang pelajar juga mengajak teman-temannya untuk bolos sekolah dan menggelar aksi unjuk rasa. Aksi ini diadakan setiap hari Jumat di depan gedung parlemen Swedia.
Tak hanya siswa sekolah, para mahasiswa dan orang dewasa yang tertarik juga turun untuk menyuarakan kekhawatiran terhadap perubahan Iklim. Gerakan ini kemudian dikenal dengan sebutan 'Jumat untuk Masa Depan' dan mulai dilakukan di beberapa tempat lain di kawasan Eropa.
Dalam aksi ini, Thunberg menuntut untuk tindakan yang lebih cepat dalam menanggapi perubahan iklim. Bukan hanya kali ini Thunberg menyuarakan kepedulian lingkungan.
Tahun lalu, Thunberg dan empat orang lainnya menjadi pemenang penghargaan Right Livelihood Award, yang juga dijuluki sebagai 'Nobel Alternatif'. Dia juga menjadi orang termuda yang meraih penghargaan "Person of the Year" majalah Time pada 2019. (Adhita Diansyavira)
Advertisement