Liputan6.com, Jakarta - Sahabat Pecinta Wayang Orang (SPWO) kembali akan mengelar pergelaran Wayang Orang Putri pada 21 Maret 2020 di Semarang. Seni tradisi wayang orang putri telah bertahun-tahun menjadi concern SPWO supaya lebih dikenal dan diminati masyarakat luas.
Didirikan oleh perkumpulan berdarah Jawa asli yang memiliki kecintaan pada seni budaya tradisi nusantara, SPWO terdiri dari KRAy. Hendrayani, SE, KRAy. Yuri Marina Hendrowardoyo, KRAy.T. Niken A Sadjarwo, SH.MH, KRAy.T. Prasanti Andrini, SE,AK, dan Drs. KRMT. Wisnubroto Brotodipuro Sadjarwo.
Tujuan dari SPWO, tentunya ingin memberi kesempatan kepada pencinta seni budaya pada umumnya dan penggemar wayang orang pada khususnya untuk bisa menikmati seni wayang orang di kotanya, dan turut menularkan kecintaan terhadap seni budaya wayang orang kepada para generasi muda sebagai penerus pelestari budaya bangsa.
Advertisement
Baca Juga
Pada Maret 2019, pertunjukan lakon “Kalimasada Murca” berhasil meraih sukses pada pergelaran kolaborasi Wayang Orang Putri di Gedung Kesenian Jakarta. Tak hanya itu, empat bulan setelahnya pagelaran kembali dihadirkan di kota Bandung dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara, Juli 2019 silam.
Pada tahun ini SPWO berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, akan menampilkan Pergelaran Wayang Putri Extravaganza “Kalimasada Murca”. Kegiatan yang menjadi rangkaian HUT Kota Semarang yang ke-472 ini akan menampilkan 60 orang penari dan 15 pangrawit, serta bintang tamu spesial—yang semuanya perempuan.
“Melihat antusiasme dan sambutan baik penonton di Jakarta dan Bandung sebelumnya, kami berkeinginan membawa pergelaran serupa ke beberapa provinsi di Indonesia,” terang KRAy. Hendrayani, selaku ketua pergelaran.
“Ini untuk memperkenalkan seni budaya wayang orang sehingga bisa menjadi populer di kalangan masyarakat. Dan tahun ini Kota Semarang yang menjadi target kami untuk mendekatkan diri kepada generasi baru. Memperkenalkan kembali dan melestasrikan kesenian wayang orang,” lanjutnya.
“Kalimasada Murca” sendiri berarti hilangnya pusaka pandawa Kalimasada. Kisah ini cukup populer dikalangan pecinta wayang orang. Filosofi ketangguhan para tokoh dalam lakon cerita Kalimasada Murca inilah yang menjadi inspirasi bagi Sahabat Pecinta Wayang Orang untuk terus menanamkan rasa cinta tanah air dan perjuangan bagi persatuan bangsa.
Yang unik dan berbeda dari Paguyuban Wayang Orang yang sudah ada, SPWO lebih mengkhususkan diri pada Wayang Orang Putri. Jadi seluruh penarinya adalah perempuan, demikian pula dengan para pemeran karakter wayang laki-laki seperti, Bima, Prabu Bumiloka, Butha, Cakil, Janoko, Kresno dan lain sebagainya.
Semua diperankan oleh perempuan. Hal ini sebagai bentuk pelestarian seni tradisi lintas gender yang belakangan mulai kurang populer.
“Dari para perempuan ini, kami harapkan cinta budaya tradisi kemudian akan menular kepada para generasi muda, kaum milenial, yang semestinya masih memiliki semangat dan energi yang lebih besar daripada kami, kaum ibu,” imbuh KRAy. Hendrayani.
Pergelaran ini adalah wujud cinta SPWO dengan seni tradisi khusnya seni tari. Pergelaran Kalimasada Murca diharapkan dapat memikat milenial dan menjadi tontonan segar, menghibur dan menarik untuk masyarakat kota Semarang.
Tidak hanya pergelaran wayang orang putri, nantinya dalam rangkaian acara ini juga akan menghadirkan wayang orang on the street, bincang budaya tradisi wayang orang, pameran dan lomba fotografi wayang orang, serta bazaar produk seni dan kuliner.