Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka Hari Internet Aman Sedunia yang jatuh setiap 11 Februari, Google menggandeng Yayasan Sejiwa dan Indonesia Child Protection (ID-COP), serta didukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI menginisiasi kampanye bertajuk "Tangkas Berinternet".
Program literasi digital dalam skala global ini bermaksud meningkatkan ketahanan anak-anak berinternet. "Setelah saya kaji, materi ini relevan untuk anak usia 6--12 tahun. Tapi, dalam aplikasinya, anak 14 tahun pun masih bisa," kata Ketua Yayasan Sejiwa Diena Haryana di bilangan Jakarta Pusat, Senin, 10 Februari 2020.
Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia Putri Alam menjelaskan, kampanye ini salah satunya berupa materi ajar melek literasi digital, baik untuk anak, orangtua, maupun guru.
Advertisement
"Ada pula situs terkait literasi digital dan permainan berbasis web yang bantu mengajarkan konsep literasi digital pada anak-anak dengan bantuan pengawasan guru dan orangtua," paparnya di kesempatan yang sama.
Baca Juga
Putri merangkumkan lima kiat agar anak-anak bisa memaksimalkan manfaat internet sembari memperkecil risikonya. "Pertama, cerdas. Jadi, anak-anak diajari untuk hati-hati dalam berbagi, memahami konsekuensi unggahan di internet, dan informasi apa yang sebaiknya tak dipublikasi," ucap Putri,
Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Harris Iskandar menuturkan, ada satu hal yang sering kali tak disadari pengguna internet aktif, yakni jejak digital hampir tak bisa dihapus.
Kemudian, cermat. Maksudnya, anak-anak jangan sampai mudah tertipu, yakni bisa membedakan mana yang asli dan palsu, mengenali tanda-tanda kemungkinan scam, serta memahami cara phising, juga tahap melaporkannya.
"Ketiga, tangguh. Anak-anak diajarkan untuk menjaga rahasia dan diberitahu bahwa jangan sembarangan mengunggah informasi pribadi. Diajari juga buat kata sandi yang aman," kata Putri.
Lalu, bijak. Anak diarahkan merespons fenomena negarif di media sosial, seperti cyberbullying. Terakhir, berani. Anak harus berani mengomunikasikan sesuatu yang dinilai mencurigakan di internet.
"Di poin ini, komunikasi yang terbuka dan kondusif antara anak dengan orangtua maupun guru punya peran penting," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Edukasi Tak Hanya ke Anak
Diena menilai, melek literasi digital tak hanya jadi tanggung jawab anak, melainkan juga guru dan orangtua. Sebagai pendamping, mereka punya peranan dalam mengarahkan dan membentuk kebiasaan berinternet sehat.
Hal senada juga disampaikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI Bintang Puspayoga. "Karena oragtua dan guru punya peran sebagai pengawas, mereka harus mengedukasi diri," tuturnya.
Guru dari SMPN 1 Cihampelas Bandung Barat Dian Diana pun sepakat. Dalam pengajaran, ia selalu berusaha menyampaikan literasi digital pada anak-anak dan mengarahkan mereka untuk memanfaatkan internet secara positif.
"Bagaimana anak tangkas berinternet itu sebenarnya terbangun dari karakter. Jadi, karakter itulah yang mesti kita bentuk supaya ia nantinya punya benteng sendiri," kata Dian.
Apalagi, sambungnya, kurikulum pembelajaran sekarang menuntut siswa untuk kreatif, pandai berkolaborasi, dan punya pemikiran kritis.
Advertisement