Sukses

Saatnya Memanjakan Wisatawan Domestik, Tulang Punggung Industri Pariwisata di Tengah Krisis Wabah Corona

Belajar dari pengalaman krisis Bom Bali, wisatawan domestik kembali jadi andalan untuk menopang industri pariwisata di tengah krisis wabah corona.

Liputan6.com, Jakarta - Wabah virus corona berdampak nyaris pada semua aspek, tak terkecuali industri pariwisata Indonesia. Sebagai contoh, PHRI menyebut penutupan akses penerbangan sementara ke dan dari Tiongkok membuat sektor pariwisata Bali berpotensi kehilangan pendapatan sekitar Rp2,7 triliun. Dengan catatan, bila penutupan itu berlangsung hingga 60 hari.

Bila ternyata dampaknya berlangsung hingga setahun, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan Indonesia akan kehilangan pendapatan mencapai Rp54 triliun. Pasalnya, jumlah turis Tiongkok yang datang ke Indonesia mencapai dua juta orang setahun dengan rata-rata biaya yang dihabiskan sebesar 1.400 dolar AS.

Dalam masa krisis saat ini, pemerintah pun putar otak mencari sumber lain untuk menutupi kekurangan. Langkah cepat harus diambil karena tidak bisa diprediksinya kapan wabah corona bisa benar-benar ditanggulangi.

Belajar dari kejadian Bom Bali, wisatawan domestik kembali dijadikan andalan untuk menopang industri pariwisata dalam negeri selama krisis berlangsung. Deputi Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) Nia Niscaya bahkan menyebut wisatawan Nusantara (wisnus) sebagai tulang punggung.

"Running-nya company bisa dijaga dengan wisatawan domestik. Kita (wisatawan domestik) kan enggak sensitif. Misal ada kejadian bom di satu tempat, kan tahu persisnya di wilayah yang mana. Tapi, bukan berarti tidak ke pulau itu. Tapi, beda dengan wisatawan mancanegara sangat sensitif. Kejadian bomnya ada di mana, dia pikir seluruh negaranya hancur, itu yang bedakan wisnus," ujarnya di Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Sejumlah langkah diambil demi menarik minat wisatawan. Kemenparekraf/Baparekraf mengimbau maskapai agar menurunkan harga tiket pesawat domestik. Permintaan itu lantaran turis dalam negeri sangat sensitif pada harga.

"Domestik itu challenge-nya harga tiket. Alhamdulillah, turun sampai 30 persen untuk tiga destinasi," kata dia.

Berikutnya, mengimbau agar pihak hotel untuk menjual kamar dengan harga murah. Menurut Nia, hal itu dimungkinkan mengingat setiap hotel selalu ada iddle capacity (kapasitas menganggur) dan kondisi low season.

"Kita dorong manfaatkan idle capacity, apalagi low season," kata Nia. 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Jangan Paranoid

Nia berharap, turunnya harga tiket pesawat dan harga kamar bisa mendorong paket bundle yang menarik perhatian wisatawan. Lebih lengkap lagi didukung atraksi yang menarik. Hal tersebut direspons oleh kalangan pengusaha dengan meuncurkan VIWI Nusantara Shocking Hot Deals 2020.

Di sisi lain, ia berharap wisatawan domestik tidak takut untuk traveling gara-gara wabah corona yang sudah menyebar ke lebih dari 26 negara. Ia menyatakan kewaspadaan penting, tetapi jangan sampai menjadi paranoid.

"Waspada harus, tapi nggak usah paranoid. Bismillah, orang Indonesia kuat ya. Makan bakso di mana saja, enggak sakit perut," kata dia.

"Ayolah cintai negeri ini. Indah loh negeri ini. Orang-orangnya kreatif, produk-produk lokalnya menarik," sambungnya lagi berpromosi.

Di sisi lain, jejaring hotel Accor mendukung upaya pemerintah menarik minat wisatawan domestik dengan menggelar Hotel and Wedding Fair 2020 di atrium Mal Senayan City pada 12--16 Februari 2020. Tak hanya pihak hotel yang menawarkan paket menarik, penyedia kartu kredit pun memberi tambahan potongan harga dan cicilan.

Setidaknya 30 hotel jejaring Accor berpartisipasi, khususnya dari wilayah Jawa dan Bali, serta jejaring dari Malaysia dan Singapura. "Kami juga punya ratusan restoran dan bar, serta spa yang bisa dipilih pengunjung," kata Garth Simmons, CEO Accor Malaysia, Indonesia, Singapore and South Asia.

Â