Sukses

Cerita Akhir Pekan: Kompromi Hati Tanpa Kehilangan Jati Diri

Mencinta tak hanya soal mencurahkan rasa pada pasangan, tetapi juga untuk diri sendiri.

Liputan6.com, Jakarta - Ekspresi hati dan cinta tak melulu soal menuangkannya pada pasangan atau orang-orang terkasih. Ada makna yang tak kalah penting ketika melimpahkan cinta pada diri sendiri. Lewat hal tersebut, maka tercipta istilah yang kerap terdengar yakni self-love alias mencintai diri sendiri.

Terkhusus bicara cinta pada pasangan, setiap pribadi tentu punya cara-cara dan metode sendiri dalam mewujudkan asmara yang sesungguhnya. Melihat korelasi dengan self-love, rasa sayang ke pujaan hati juga perlu tetap berlandaskan dengan mempertahankan jati diri.

Lantas, apa sebenarnya definisi self-love itu sendiri? Psikolog klinis Kasandra Putranto menjelaskan istilah self-love sangat erat kaitannya dengan konsep diri dan harga diri (self-concept dan self-esteem).

"Ketika seseorang mengenali diri dengan baik dan mampu mengetahui keunggulan dan kelemahan diri, dia akan bisa memiliki harga diri yang tinggi," kata Kasandra saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, 12 Februari 2020.

Kasandra melanjutkan mencintai diri sendiri sebenarnya dimulai dengan self-awareness, self-concept, self-esteem, self-actualization, hingga self-efficacy. Adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran diri, memiliki konsep diri, harga diri, aktualisasi, serta kepercayaan pada diri akan kemampuannya untuk sukses melakukan sesuatu.

Self-love juga punya peran penting ketika seseorang menjalin hubungan asmara. "Mereka yang memiliki konsep diri positif akan lebih mudah membangun relasi dengan pasangan," lanjutnya.

Soal menjalin hubungan asmara, kompromi masalah hati dan perasaan tanpa kehilangan jati diri ditekankan Kasandra pada seseorang dengan emosi yang lebih stabil, mampu merasa aman dalam menjalin hubungan itu sendiri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Kepercayaan adalah Kunci

Setiap manusia tentu terlahir dengan karakter yang berbeda-beda. Begitu pula saat menjalin cinta, tak ada orang yang 100 persen sama dan satu visi dalam segala hal. Terdengar klise, namun nyatanya perbedaan mampu menyatukan dua insan hingga mantap membangun hubungan.

Kendati demikian, untuk tidak kehilangan jati diri saat punya hubungan juga ditanggapi berbeda. Satu di antaranya adalah kata Abdus Syukur seorang pegawai swasta di Jakarta.

Ketika ada sesuatu yang tak sejalan, Syukur memilih untuk tegas bersikap dan teguh pada pendiriannya yang diterapkan dengan berani berkata tidak kepada pasangan.

"Harus banyak diskusi, ada komunikasi sama pasangan apapun hasil keputusan itu. Gue itu realistis kalau sudah punya keyakinan, percaya sama hal itu," jelas Syukur kepada Liputan6.com, Kamis, 13 Februari 2020.

Menurutnya, setiap masalah tidak dapat disamaratakan, konklusi dari problem pun berbeda-beda. Maka dari itu, penting baginya untuk mengkomunikasikan apa yang ia dan pasangan rasakan.

"Saat dia yakin sama gue, tidak ada alasan apapun yang dipertanyakan atau diragukan. Tapi memang pernah ada di dalam kondisi yang dicemburui. Makanya gue menjelaskan dan diskusi sama dia kalau gue menerima keputusan dia, dan jelaskan yang sebenarnya," lanjutnya.

Syukur menjelaskan dalam hubungan kepercayaan, rasa tanggung jawab itu hal-hal yang penting. Begitu pula komunikasi, yang ditanggapi terkadang komunikasi baik belum tentu berujung baik.

"Kalau sudah percaya akan ikhlas menjalani. Beda kalau tidak ada rasa percaya atau keraguan yang akan muncul banyak tanda tanya yang menggiring pertanyaan yang cenderung negatif," tutupnya.

3 dari 3 halaman

Saling Menghargai

Tanggapan lain soal korelasi mencinta tanpa kehilangan jati diri datang dari Ade Natawijaya yang juga seorang pegawai swasta di Jakarta. Baginya, mencintai diri sendiri adalah perwujudan dari rasa bersyukur dengan apapun yang dimiliki.

Self-love juga disampaikannya bagaimana melakukan hal-hal yang ia sukai seperti bermain game hingga menonton film. Trik yang ia terapkan untuk menyeimbangkan hubungan dengan kesukaan yakni dengan membagi waktu antara kegiatan favorit dan pasangan.

"Tapi pernah dikompalin sama pacar dia bilang gue main game terus dan jarang ada waktu buat dia, padahal gue main nggak seberapa banyak," kata Ade kepada Liputan6.com, Rabu, 13 Februari 2020.

"Kalau udah gitu gue minta dihargai soal kesukaan masing-masing. Dia kan ada kesukaan juga," lanjutnya.

Menurutnya, penting untuk tetap menjadi diri sendiri dalam hubungan. "Karena buat apa jadi orang lain toh masih pacaran. Realistis harus jadi diri sendiri punya kesukaan masing-masing seperti juga gue menghargai dia," tutupnya.

Â