Sukses

Belakang Panggung, Kala Teater Musikal Menyuarakan Isu Kekerasan Seksual

Teater musikal Belakang Panggung menjanjikan visualisasi perasaan korban kekerasan seksual kepada para penontonnya nanti.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah disusun selama dua tahun, naskah teater berjudul Belakang Panggung siap dipentaskan pada 6--8 Maret 2020. Pementasan teater musikal yang mengusung isu kekerasan seksual itu melibatkan sejumlah aktor dan aktris ternama, seperti Mian Tiara (Perempuan Tanah Jahanam), Muhammad Khan (Kucumbu Tubuh Indahku), Marissa Anita, dan Kiki Narendra. Pementasan tersebut juga akan menjadi pentas teater perdana bagi pemain harpa Rama Widi.

Sutradara sekaligus penulis naskah Belakang Panggung, Andrew Trigg menyebut sengaja membalut isu kekerasan seksual dalam bentuk teater musikal. Teater musikal yang biasanya dibawakan ceria seperti tak pernah ada masalah itu, sambung dia, menggambarkan situasi yang kerap dialami para penyintas kekerasan seksual. 

"Para penyintas seringkali diharapkan diam saja, jangan speak up. Lewat pertunjukan ini, kami ingin ajak orang untuk merenungkan hal ini," kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2020.

Ia menerangkan latar cerita terbagi dua, yakni depan panggung dan belakang panggung. Karenanya, mayoritas aktor dan aktris nantinya akan memerankan lebih dari dua karakter, kecuali Kiki Narendra yang akan membawakan satu tokoh saja. 

Setting yang dipakai adalah depan layar maupun belakang layar teater musikal. Bila di depan panggung, para pemeran menunjukkan situasi yang terkesan sempurna, situasi berbeda terjadi di belakang panggung. Kasus pelecehan mudah terjadi atas nama membangun chemistry.

"Kita kemas dalam bentuk cerita fiksi, tapi ini bukan fiksi fantasi biasa. Dalam kenyataannya, bisa jadi kita, teman kita, atau bahkan ibu kita mengalami hal ini. Selalu ditemui di mana pun," kata Mario Hasan, penulis naskah orisinal tersebut, sembari menambahkan naskah drama itu juga mengadaptasi kisah epik Ramayana.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Kritik dan Renungan

Mian Tiara, salah satu pemeran teater Belakang Panggung, angkat bicara soal pementasan tersebut. Ia mengaku bersedia terlibat karena ia juga seorang penyintas dari kasus kekerasan seksual. Lewat panggung tersebut, ia ingin menyuarakan apa yang selama ini didiamkan banyak orang.

"Ketika bicara kasus kekerasan seksual, kebanyakan hanya jadi percikan berita saja. Jadi sensasi, tapi hanya sedikit yang menindaklanjuti dan berusaha mengubah secara konsisten," ujar dia.

Mian berperan menjadi Rani dan Shinta. Karakter Rani digambarkan sebagai seorang aktor yang sedang mencari pembuktian diri atas hidupnya, sedangkan Shinta merupakan karakter yang diperankannya saat di depan panggung.

Sementara itu, aktor peraih Piala Citra 2019 Muhammad Khan berperan menjadi tiga karakter. Salah satunya sebagai Andri Wijaya yang merupakan sahabat dari tokoh utama pria. Meski awalnya kurang percaya diri lantara mengaku tak bisa menyanyi, Khan akhirnya bersedia menerima tantangan dan berperan di Belakang Panggung.

"Saya melihat karakter ini menarik. Ada pergulatan batin apakah mendukung aksi itu atau keluar. Apakah harus besuara atau diam saja. Kalau ikut diam, itu nggak bener karena sama saja mendukung pelecehan seksual," kata dia.

Sedangkan, Marissa Anita yang juga menjadi konsultan proyek tersebut akan berperan menjadi Meta Andiani dan Hanoman. Ia mengatakan karakter yang diperankannya juga akan mengalami dilema yang serupa yang dialami Andri, tetapi dari kacamata perempuan. 

"Kalau gue ngelihat itu, gue harus ngapain ya. Tapi, we don't know how to do it. Nah, peran saya akan gambarkan itu," tuturnya.

Dia juga menjanjikan pementasan nanti akan memvisualkan perasaan korban kekerasan seksual yang tidak pernah divisualkan. "Itu yang akan gila," sambungnya.

3 dari 3 halaman

Didampingi Orangtua

Sementara itu, Sophia Hage menyebut pementasan teater itu sudah digagas sejak 2016, namun baru bisa dieksekusi tiga tahun kemudian. Pertunjukan tersebut menjadi bagian dari kampanye #MulaiBicara yang sudah dirilis sejak lama. Kampanye tersebut bertujuan untuk menyediakan ruang aman bagi teman-teman penyintas kekerasan seksual untuk bisa bicara yang dialami dan mendapatkan titik terang.

"Orang dengar isu kekerasan seksual, wah seraam sekali. Padahal bukan menyeramkan, tetapi karena mungkin tidak tahu cara mengatasinya," kata dia.

Sophia mengatakan tak akan ada adegan seksual secara eksplisit dalam pertunjukan nanti. Meski demikian, ada beberapa scene yang akan membuat penonton tidak nyaman. Maka itu, meski terbuka bagi semua kalangan, penonton di bawah umur harus tetap didampingi orangtua.

Tiket pertunjukan sudah mulai dijual secara online di sejumlah channel. Harganya Rp350 ribu. Pertunjukan tersebut akan ditampilkan di Institut Francais Indonesia Jakarta.