Sukses

Dari Bekas Ladang Ganja Menuju Sajian Kopi Rasa Klepon Jenderal Buwas

Menu kopi klepon menjadi andalan di kedai Kopi Jenderal Nusantara Buwas yang baru saja diresmikan.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog (Badan Urusan Logistik), Budi Waseso (Buwas) meresmikan kedai Jenderal Kopi Nusantara Buwas di Kantor Bulog, Jakarta. Kedai kopi tersebut menyajikan aneka kopi Nusantara, salah satu yang direkomendasikan ialah Kopi Klepon atau Klepon Latte.

Kedai kopi yang terletak di Lobby Kantor Pusat Bulog tersebut menampilkan nuansa berwarna cokelat. Dari depan sudah terlihat nama kedai lengkap dengan tiga bintang yang menghiasinya.

Nama Kopi Jenderal tersebut bukan tanpa alasan. Sebab, dulunya Buwas menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskim) pada 2015 dengan pangkat terakhir jenderal bintang tiga.

Menu kopi yang disajikan banyak macamnya dan semua merupakan kopi asal Nusantara, mulai dari jenis espresso, cappucino, hingga latte bisa dinikmati oleh pengunjung. Di antara deretan menu yang ditawarkan, terdapat Klepon Latte yang menjadi andalannya.

Klepon Latte terbuat dari perpaduan antara kopi Gayo dan kopi Temanggung. Sesuai namanya, cita rasa kopi ini mirip seperti kue klepon. Meskipun jenisnya kopi, namun rasa pahitnya tidak mendominasi. Justru parutan kelapa dan gula merahnya terasa jelas di lidah.

Kopi ini disajikan dalam dua pilihan, dingin dan panas. Saya lebih suka disajikan dingin karena menurut lidah saya, rasa dari kleponnya jauh lebih terasa. Terkait harga, jika dalam kondisi panas ialah Rp33 ribu, dan untuk sajian dingin Rp35 ribu.

Jenis kopi lainya dijual dengan harga beragam, seperti cappucino seharga Rp32 ribu sampai Rp34 ribu, americano Rp30 ribu-32 ribu, dan mochaccino Rp30 ribu-32 ribu. Kedai Kopi Jenderal Nusantara pun menjual beragam biji kopi Nusantara dengan harga Rp160 ribu per 200 gram. 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Rencana Selanjutnya

Dalam sambutannya, Buwas bercerita awalnya usaha kopi ini muncul dari ketidaksengajaan. Saat dulu menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), ia dihadapkan dengan para petani ganja di Aceh.

Menurutnya, bukan hal mudah untuk menghadapi para petani. Berbeda halnya dengan berhadapan dengan bandar yang didekati dengan pendekatan hukum. Untuk itu, ia mencari solusi untuk para petani.

Buwas memutuskan untuk belajar ke Kolombia dan dari sana ia menemukan solusi bagaimana menggantikan ganja sebagai narkotika menjadi kopi. Ia pun mengajak para petani ganja beralih menggarap kopi. Setelah berhasil panen, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membeli kopi yang telah ditanam tersebut.

"Saya memberikan pelatihan kepada petani bagaimana mengolah kopi yang benar, mulai dari awal hingga akhir proses," ujar Buwas, "Karena jika diolah dengan baik, maka Indonesia akan terkenal dengan kopinya yang nikmat dan beragam dari Sabang hingga Merauke," lanjutnya.

Besarnya peluang dari kopi pun membuat Buwas tertarik membuka sekolah kopi yang kini sudah dibuka di Bandung. Di sekolah tersebut, para generasi muda bisa mempelajari proses pembuatan kopi dengan cara yang benar dan langsung diajarkan oleh ahli kopi dari Italia. 

Selain sekolah kopi, Buwas pun ingin mengembangkan sayapnya untuk memanukan perekonomian Indonesia melalui usaha teh dan cokelat. Kedua komoditas Indonesia tersebut, menurut pria 60 tahun ini, termasuk yang sudah diakui beberapa negara seperti Belanda dan Italia.  (Tri Ayu Lutfiani)