Liputan6.com, Jakarta - Banyak cerita terjadi di panggung final Pemilihan Puteri Indonesia 2020. Salah satu yang mencuri perhatian adalah penampilan wakil Sumatera Barat, Louise Kalista Iskandar.
Perempuan berusia 21 tahun itu mendapat giliran kedua untuk menjawab pertanyaan di babak 6 besar. Saat itu, dewan juri yang bertanya adalah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo.
Advertisement
Baca Juga
Bamsoet, biasa dipanggil, meminta mahasiswi hukum itu untuk menyebutkan Pancasila. Ekspresi terkejut tampak dari wajah Kalista saat mendengar pertanyaan itu. Meski begitu, ia berusaha tenang dengan tertawa.
"Makasih pak atas pertanyaannya," kata dia.
Perlahan-lahan, ia menjawab pertanyaan yang diajukan. Sila 1, sila 2, dan sila 3 bisa dijawab dengan mulus, walau ia menggantikan penyebutan sila dengan nomor.
Namun, kegugupannya tampak saat ia menyebutkan sila keempat. "Nomor empat, kemanusiaan..," ucapnya yang buru-buru diralat dengan, "Kemasyarakatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan."
Padahal, sila keempat Pancasila semestinya berbunyi 'Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat/kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.'
Kalista masih berusaha menyelesaikan sila kelima dengan menyampaikan, "Kemanusiaan sosial yang adil dan beradab." Padahal, yang tepat adalah Keadilan Sosial Bagi Seluruh RakyatIÂ
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Lolos Tiga Besar?
Atas jawaban yang disampaikan tersebut, Kalista tak lolos ke babak selanjutnya. Selain Kalista, dua finalis enam besar lain yang tak masuk babak selanjutnya adalah wakil dari Nusa Tenggara Timur Angel Boelan dan wakil dari Maluku Clara Yokate.
Deretan tiga besar Puteri Indonesia 2020 adalah Jihane Almira Chedid dari Jawa Tengah, Rr. Ayu Maulida dari Jawa Timur, dan Putu Ayu Saraswati dari Bali. Dalam babak tiga besar, ketiga finalis mendapat pertanyaan dari Penasihat Utama Yayasan Puteri Indonesia Putri Kus Wisnuwardani.
Tema pertanyaan adalah definisi bahagia menurut mereka. Putu Ayu menjawab bahagia tentang berkah yang semestinya diberikan kepada sekelilingnya. Sementara, Jihane menyebut senyum orangtua lah yang membuatnya bahagia.
Terakhir, wakil Jatim menyebut bahagia adalah kemampuan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Advertisement