Sukses

Hari Perempuan Internasional, Miss Universe 2019 Ajak Perempuan dan Laki-Laki Bekerja Sama

Miss Universe 2019 Zozibini Tunzi menyampaikan isu penting yang semestinya diperhatikan wanita dan laki-laki dalam peringatan Hari Perempuan Internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada hari ini, Minggu (8/3/2020), menjadi momentum bagi perempuan untuk merefleksikan diri. Khusus bagi Miss Universe 2019 Zozibini Tunzi, peringatan yang dimunculkan pertama kali pada 1908 itu menjadi masa untuknya berbicara tentang kepemimpinan perempuan.

Perempuan asal Afrika Selatan itu berpendapat perempuan selama ini diarahkan untuk tidak jadi pemimpin, tetapi harus selalu mengikuti dan patuh. Perempuan juga dididik untuk tidak ambisius. 

Maka itu, Zozi, biasa ia dipanggil, meminta para perempuan untuk percaya pada kekuatannya sendiri dan berani. "Jangan takut untuk menjadi ambisius karena masalah terbesar yang dihadapi perempuan saat ini adalah, kita takut untuk keluar dari bayangan dan memimpin," katanya kepada Liputan6.com saat ditemui di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu, 7 Maret 2020.

Ia menegaskan pesan tersebut bukan hanya ditujukan bagi kaum perempuan, tetapi juga kaum lelaki. Ia meminta agar pria untuk membantu wanita agar bisa mencapai posisi sesuai dengan kapabilitasnya. 

"Sudah terlalu lama pertarungan terjadi antara perempuan dan laki-laki. Saya pikir kita harus mulai bekerja bersama-sama," ujarnya.

Pada kesempatan berbeda, Zozi juga pernah menyinggung soal kesetaraan gender yang menjadi isu yang dikampanyekannya sebagai Miss Universe 2019. Menurut dia, kesetaraan gender bukan berarti perempuan harus dianggap sama dengan lelaki karena pada dasarnya, perempuan dan laki-laki memang berbeda.

"Karena itu ada perempuan dan laki-laki. Kita berbeda tapi kita semestinya setara," ucap perempuan berkulit hitam kedua yang meraih titel Miss Universe.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Alasan Mengikuti Kontes Kecantikan

Zozi dua kali mengikuti kontes kecantikan di negaranya sebelum berhasil menjadi wakil Afsel dalam ajang internasional tersebut. Kepada Liputan6.com, perempuan kelahiran 18 September 1993 itu mengatakan alasannya bersikukuh mengikuti ajang tersebut.

"Ada banyak pengikut, banyak penggemar, dan banyak orang mendengarkan, menanti apa yang ratu akan katakan," kata dia.

Di antara para pengikut, kebanyakan adalah para perempuan muda. Ia melihat posisi itu sebagai kesempatan besar untuknya bisa menyuarakan isu penting, dalam hal ini ia mengkampanyekan tentang kesetaraan gender.

Meski begitu, ia mengatakan tidak bisa menyalahkan orang-orang yang berpendapat bahwa ajang kontes itu hanya mementingkan kecantikan fisik. Hal itu tak terlepas dari sejarah penyelenggaraan kontes kecantikan di masa lalu. Namun, ia berharap persepsi publik berubah seiring dengan perubahan yang dilakukan oleh mereka yang terlibat di ajang kontes kecantikan.

"Saya melakukannya karena saya punya suara dan saya punya banyak hal yang bisa ditawarkan kepada dunia," ucapnya.

Â