Sukses

Pria Inggris Nekat Berhenti Kerja dan Jual Rumah demi Keliling Dunia

Seorang lelaki dari Cumbria, Inggris, memutuskan keliling dunia setelah berhenti kerja dan menjual rumahnya.

Liputan6.com, Jakarta - Rutinitas tidak jarang bisa membuat orang bosan beraktivitas. Hal itu pula yang terjadi pada Ian Finlay. Lelaki berusia 52 tahun yang telah bekerja selama 20 tahun sebagai insinyur itu memutuskan berhenti bekerja dan menjual rumahnya.

Ian Finlay melakukan itu agar bisa bersepeda keliling dunia. Dia meninggalkan kehidupan nyaman karena dia merasa ada banyak kehidupan di luar sana, seperti dikutip dari Metro, Kamis, 12 Maret 2020.

Dia menghabiskan setiap malamnya dengan perencanaan yang matang, setiap detail, dan menulis rencana lima tahun untuk memastikan perjalanannya layak secara finansial.

Dia memutuskan untuk mencoba pekerjaan lepas selama tiga bulan dalam setahun untuk membiayai perjalanannya. Dia menguraikan 36 daftar keinginannya dengan lebih dari 400 kota, kampung, dan tempat wisata.

Pria dari Cumbria, Inggris menjual rumahnya, membeli sepeda seharga 4.000 pound sterling atau setara Rp72 juta, dan kemudian, pada pagi hari 12 Agustus 2018, Ian berangkat, berjalan dari rumahnya di Keswick sampai ke Kirgistan.

Dia awalnya berencana hanya melakukan perjalanan tiga bulan keliling Eropa, tetapi tidak bisa berhenti. Jadi, dia bersepeda melalui 29 negara di tiga benua - dan masih melakukan perjalanan keliling dunia hampir dua tahun kemudian.

Dia sudah bersepeda lebih dari 16.000 mil dan memiliki 12.000 lebih rencana dan menandai semua yang ada dalam daftar tersebut. Ian mengatakan dia lebih bugar daripada sebelumnya.

"Bintang-bintang bersatu untukku melakukan perjalanan ini. Aku berada di akhir hubungan dan aku tidak bahagia dengan pekerjaanku," ujar lelaki itu.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

2 dari 2 halaman

Keputusan Cukup Bodoh

Ian mengatakan ingin bersepeda setelah membaca buku-buku tentang perjalanan orang dan rasanya seperti meninggalkan segala rumah dan pekerjaannya bisa membebaskannya.

"Itu keputusan yang cukup bodoh. Aku menjual rumah, direncanakan selama enam bulan setiap malam setelah bekerja dan berpikir. Persetan dengan itu semua, aku akan pergi," imbuhnya.

Ian menggambarkan pengalamannya di hampir 30 negara sebagai ‘luar biasa’. Dia mengatakan belajar lebih banyak tentang dunia, termasuk tentang dirinya sendiri. Dia bersepeda melewati cuaca minus 15 derajat di Tajikistan hingga berakhir di Himalaya.

"Aku berjuang melewati aspal hitam panas yang menyengat di Uzbekistan di mana aku harus bertahan dengan suhu 50 derajat di padang pasir," ujarnya.

Suatu malam, dia hampir mati oleh nyamuk dan harus bersepeda 140 mil. Beberapa tempat wisata yang dia kunjungi sejauh ini dalam perjalanan panjangnya, termasuk Paris, Kuala Lumpur dan Gold Coast Australia. Dia juga menyinggahi tempat terpencil di perbatasan Afghanistan, Tajikistan, Bosnia dan Herzegovina.

"Aku tahu dunia ini luas dan beragam, tetapi aku tidak pernah bisa membayangkan seberapa banyak itu," katanya.

Ian menghabiskan 800 pound sterling atau Rp14 juta untuk biaya berbagai vaksinasi dan hampir 12.000 pound sterling atau Rp223 juta untuk peralatan, tenda, dan persediaan.

Titik tertinggi yang Ian daki adalah 4655 meter di Tajikistan, sementara dia mengendarai 116m di bawah permukaan laut di Uzbekistan - semuanya dibebani dengan ransel 54kg dan telah bersepeda selama 18 bulan.