Sukses

Hari Tidur Sedunia, 49 Persen Warga Singapura Mengaku Kurang Nyenyak Tidur

Sudah nyenyakkah tidur Anda?

Liputan6.com, Jakarta - Tanggal 13 Maret dikenal sebagai Hari Tidur Sedunia. Berdasarkan survei tidur tahunan kelima yang diterbitkan pada hari ini, Jumat (13/3/2020), perusahaan teknologi kesehatan Royal Philips mengungkapkan bahwa orang Singapura rata-rata tidur 6,9 jam setiap malam.

Seperti dilansir Chanel News Asia, angka tersebut merupakan peningkatan dari 2019 yang mencatat bahwa rata-rata orang Singapura tidur 6,4 tidur. Angka tersebut pertanda menggembirakan, kata Dr Lim Li Ling, ahli saraf di Singapore Neurology & Sleep Centre, Rumah Sakit Gleneagles.

Bagi dia, karena siapa pun yang kurang tidur secara teratur akan cenderung membutuhkan tidur lebih cepat untuk mengejar kekurangan atau yang dikenal dengan 'utang tidur'.

"Setiap peningkatan jam tidur, bahkan yang kecil, sangat membantu, karena ketika kita melunasi utang tidur, kita lebih mampu mencapai kesehatan fisik dan emosi yang optimal dan kewaspadaan mental," kata Dr Lim.

Berdasarkan survei tersebut, warga Singapura tidur rata-rata 6,7 jam saat hari kerja, sedangkan akhir pekan jam tidur 7,5 jam. Angka tersebut menggembirakan karena akhirnya warga Singapura mencapai jumlah minimum jam tidur yang disarankan, yaitu tujuh hingga sembilan jam. Namun, sepertinya perbaikan ini tidak cukup untuk membuat orang Singapura senang dengan jam tidur mereka.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

2 dari 2 halaman

Penyebab Kurang Tidur

Dari 1.000 responden yang disurvei dari 12 November hingga 5 Desember 2019, hampir setengah, 49 persen mengatakan mereka kurang nyenyak dengan tidur, sementara 34 persen percaya bahwa cukup tidur adalah di luar kendali mereka.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang tidur, yaitu stres dan cemas sekitar 34 persen, lingkungan tidur sekitar 15 persen, dan penggunaan perangkat seluler sebanyak 14 persen. Survei melaporkan bahwa sebagian besar, 82 persen orang Singapura menggunakan ponsel di tempat tidur.

Sekitar setengah dari responden sebanyak 51 persen menyatakan  bahwa hal terakhir yang mereka lihat sebelum tertidur adalah ponsel mereka, dan 45 persen mengatakan bahwa ponsel adalah hal pertama yang mereka lihat ketika mereka bangun. Penggunaan ponsel membuat mereka gelisah pada malam hari, sedangkan 13 persen mengungkapkan mereka panggilan atau teks membangunkan mereka sedang tidur.

Namun, tampaknya orang Singapura berusaha lebih proaktif dalam menyelesaikan masalah tidur mereka dengan enam dari 10 orang tertarik pada strategi untuk meningkatkan kualitas tidur mereka. Sebanyak 28 persen responden mengatakan mereka berusaha mengurangi asupan kafein, dan 27 persen berusaha menerapkan waktu tidur yang tepat atau jadwal bangun. Sebanyak 23 persen lainnya menyebutkan bahwa mereka nyenyak tidur pada malam hari.