Liputan6.com, Jakarta - Qantas, maskapai terbesar milik Australia, menyatakan akan menangguhkan seluruh layanan penerbangan internasional sebelum akhir Maret 2020. Langkah serupa lebih dulu diambil oleh maskapai Virgin yang menghentikan sementara layanan penerbangan internasional akibat pandemi corona COVID-19.
Qantas mengatakan penghentian itu setidaknya akan berlaku dua bulan ke depan setelah pemerintah Australia mengimbau warganya untuk tidak bepergian ke luar negeri demi menanggulangi penyebaran COVID-19. Pernyataan itu disampaikan otoritas pada Rabu, 18 Maret 2020.
Advertisement
Baca Juga
"Upaya untuk mencegah penyebaran virus corona telah menyebabkan penurunan signifikan terkait minat travel, situasi ini belum pernah kami alami sebelumnya," kata Chief Executive Qantas Alan Joyce, dikutip dari JapanToday.com, Kamis (19/3/2020).
Joyce menyatakan konsekuensi kebijakan itu, dua pertiga karyawan Qantas akan dirumahkan. Itu artinya 20.000 orang tidak akan bekerja selama kebijakan diterapkan. Langkah serupa juga berdampak pada maskapai berbujet rendah, Jetstar.
Qantas sebelumnya mengumumkan pada awal pekan ini, telah memangkas 90 persen jadwal penerbangan saat Virgin Australia memutuskan untuk menghentikan seluruh penerbangan internasional mereka. Maskapai tersebut kini berusaha mempertahankan 60 persen penerbangan domestik, sedangkan Virgin Australia mempertahankan 50 persen penerbangan domestik.
Australia mengonfirmasi lebih dari 700 kasus corona COVID-19 terus meningkat setiap harinya. Tujuh di antaranya meninggal dunia.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kondisi Australia
Pejabat setempat mengatakan mayoritas kasus baru melibatkan orang-orang yang baru tiba dari luar negeri atau mereka yang kontak dengan orang-orang tersebut. Akhirnya, pada Rabu, 18 Maret 2020, Perdana Menteri Australia Scott Morrison memerintahkan untuk semua warga Australia untuk tidak bepergian ke luar negeri.
Morrison memerintahkan penghentian semua aktivitas kapal pesiar, baik masuk maupun ke luar negeri. Ia juga melarang pertemuan luar ruang yang dihadiri lebih dari 500 orang, dan pertemuan dalam ruang dihadiri lebih 100 orang.
Namun, PM Australian menghentikan kebijakan lockdown di beberapa titik panas pandemi maupun menutup sekolah nasional.
Advertisement