Liputan6.com, Jakarta - Adalah Chen Wei, peneliti yang tak kenal lelah berjuang menemukan vaksin demi menyudahi pandemi corona COVID-19. Sebagai ahli epidemiologi, Chen menempatkan diri di garda depan dengan melakukan penelitian di sebuah labolatorium di Wuhan, Tiongkok.
Mengutip laman ibtimes.sg, Senin (23/3/2020), dilaporkan bahwa Chen bahkan menyuntikkan vaksin virus corona yang masih dalam tahap uji coba pada diri sendiri dan enam anggota timnya. Saat berita ini tersebar, sementara sebagian orang menganggap tindakan ini ceroboh, sisanya memandang keputusan Chen sebagai loyalitas tanpa batas.
Advertisement
Baca Juga
Kendati, unggahan yang dimaksud disebut telah dihapus dari akun Weibo People's Liberation Army (PLA), spekulasi disertai komentar pro-kontra akan tindakan tersebut terus bergulir.
South China Morning Post menulis, jenderal besar berusia 54 tahun tersebut dikenal sebagai ahli biokimia terbaik di Tiongkok. Chen Wei sendiri sudah tiba di Wuhan sejak pertengahan Januari bersama tim yang merupakan para peneliti militer terbaik Negeri Tirai Bambu.
Chen sudah dikenal lewat kontribusinya dalam memimpin tim peneliti menemukan vaksin demi mengendalikan wabah SARS dan Ebola di Afrika Barat pada 2014--2016. Juga, membantu penanganan gempa bumi di Sichuan pada 2008.
“Dibandingkan kepala ahli epidemiologi seperti Zhong Nanshan yang berusia 84 tahun dan Li Lanjuan berusia 72, Chen jauh lebih mudah. Ia mampu menjembatani tenaga medis militer dan tenaga medis lokal di Wuhan dalam penanganan pasien corona COVID-19," ungkap seorang sumber militer di Beijing.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Lahir di Kota Kecil
Lahir di kota kecil bernama Lanxi di bagian timur Provinsi Zhejiang, Chen lulus dengan gelar di bidang kimia dari Universitas Zhejiang pada 1988 dan melanjutkan studi ke Universitas Tsinghua.
Pada 1989, ia bertemu lelaki yang kemudian jadi suaminya, Ma Yiming, seorang teknisi di kilang anggur di Qingdao, dalam perjalanan dari Beijing menuju pelabuhan sebelah timur.
Tiga tahun kemudian, ia bergabung ke People’s Liberation Army dan jadi ahli virologi di Academy of Military Medical Sciences. Demi mendukung penelitian Chen, Ma tak keberatan mengambil alih pekerjaan rumah.
Dalam laporan CCTV, Ma mengatakan, saat Chen bersama tim berada dalam isolasi membuat semprotan hidung tahun 2003, anak mereka yang baru berusia empat tahun tak bertemu ibunya selama berbulan-bulan.
"Selama waktu itu, kami hanya bisa melihatnya lewat CCTV. Putra saya melompat dan menciumi layar TV saat melihat ibunya," ungkap Ma.
Pada 2013, Chen jadi delegasi mewakili PLA dalam National People’s Congress. Dua tahun kemudian, ia dipromosikan jadi jenderal besar. Kemudian di 2018, Chen didapuk sebagai anggota Chinese People’s Political Consultative Conference.
Advertisement