Liputan6.com, Jakarta - Seiring penyebaran corona COVID-19 di Amerika Serikat (AS), para pelajar Tiongkok meminta orangtua mereka membayar puluhan ribu dolar ASuntuk kursi di jet pribadi yang menerbangkan mereka pulang.
Melansir laman Strait Times, Kamis, 26 Maret 2020, alternatif pilihan lain, mengingat banyak negara menutup perbatasan dan melarang penerbangan komersil, adalah 60 jam penerbangan dengan multitransit di kawasan Pasifik.
Jeff Gong, seorang pengacara di Shang Hai, mengaku telah menawarkan pada putrinya yang merupakan murid SMA di Wisconsin, apakah ia ingin 180 ribu yuan (setara Rp411 juta) sebagai uang saku atau tiket penerbangan jet pribadi ke rumah.
Advertisement
Baca Juga
"Putri saya meminta untuk segera dipulangkan. Ia mengatakan, 'Tidak, papa, Saya tak ingin uang, saya hanya ingin pulang,'," ucapnya.
Para pelajar Tiongkok di AS berbondong-bondong pulang seiring infeksi corona COVID-19 di Negeri Paman Sam menyentuh angka 50 ribu, sementara kasus serupa di Tiongkok menurun drastis.
Urgensi ini harus terhalang dengan terbatasnya jumlah penerbangan. Pada Selasa, 24 Maret 2020, 3,102 dari 3,800 penerbangan komersial dari dan ke Tiongkok dibatalkan.Â
"Agensi dan sekolah-sekolah bekerja sama untuk patungan menyewa jet pribadi, mengingat jumlah penerbangan yang sangat minim," ucap Annelies Garcia, Commercial Director Private Fly, layanan pemesanan penerbangan global.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Harga Tiket per Kursi
Beijing telah melarang penerbangan sewaan dari luar negeri, dan Shangai disebut bakal segera memberlakukan peraturan serupa. Hong Kong dan Macau sudah memblokir sejumlah penerbangan transit.
Air Charter Service sendiri mengklaim bisa menerbangkan penumpang dari Los Angeles ke Shanghai dengan Bombardier 6000 berkapasitas 14 kursi dengan harga 23 ribu dolar Amerika atau Rp372 juta untuk satu kursi.
"Kami telah merencanakan penerbangan jet pribadi dari Amerika Serikat ke Tiongkok dengan rute, termasuk New York dan Boston ke Shanghai, San Jose ke Hong Kong, dan Los Angeles ke Guangzhou," ucap Glenn Phillips, Public Relations & Advertising Manager Air Charter Service.
Soal harga, sambung Phillips, angkanya tergantung posisi tempat duduk di pesawat, juga tanggal, rute, dan waktu yang diminta.
"Pemerintah Tiongkok diketahui enggan membiarkan orang dari luar negeri pulang, walau mereka tak bisa membuatnya transparan. Kami menerima banyak arahan verbal tentang pelarangan pesawat sewaan," ucap salah satu representasi Air Charter Service.
Soal arahan informal alias belum resmi, pihak Civil Aviation Administration Tiongkok masih enggan memberi komentar.
Advertisement