Liputan6.com, Jakarta - Seiring penyebaran corona COVID-19, lebih dari seribu gajah terancam kelaparan karena pendapatan dari sektor pariwisata terjun bebas. Keputusan Negeri Gajah Putih menutup akses bagi turis berakibat pada banyaknya perawat gajah kesulitan memenuhi kebutuhan makanan bagi empat ribu gajah jinak.
Ahli konservasi menyebut, mamalia besar itu bisa makan hingga dua ratus kilogram pakan per hari.
Lek Chailert, pendiri Save Elephant Foundation mengatakan pada BBC, dikutip Jumat (3/4/2020), "Bila tidak ada dukungan yang datang di kemudian hari untuk menjaga mereka tetap aman, gajah-gajah ini, yang beberapa sedang bunting, akan berakhir mati kelaparan atau diliarkan untuk jadi pengemis."
Advertisement
Baca Juga
Alternatif lain, sejumlah gajah mungkin akan dijual ke kebun binatang atau kembali digunakan para perambah hutan yang sudah dilarang praktiknya sejak 1989. "Ini masa depan yang sangat suram, kecuali ada bantuan finansial yang diterima segera," kata Chailert.
Para pengelola konservasi menghadapi tantangan berat menjaga para gajah untuk tetap sehat. Selain kekurangan dana, musim kemarau yang dihadapi saat ini membuat situasi makin sulit.
Kerri McCrea, pengelola Kindred Spirit Elephant Sanctuary di Mae Chaem, utara Thailand, mengatakan warga desa di sekitar tempatnya telah membawa kembali sekitar 70 gajah mereka akibat tidak adanya pemasukan dari pariwisata.
"Memberi makan gajah adalah prioritas. Masalahnya, tidak ada cukup hutan untuk memberi makan mereka," ia menjelaskan.
Â
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Thailand Lockdown
Thailand yang notabene sangat menggantungkan roda ekonomi pada pariwisata terpaksa menutup perbatasan untuk semua turis. Selain itu, banyak kawasan di negara itu juga memberlakukan lockdown.Â
Melansir laman Chiang Rai Times, hingga 2 April 2020, tercatat kasus positif corona COVID-19 di negara itu mencapai 1.875 orang dengan 15 di antaranya meninggal dunia.Â
Suasana muram dirasakan gajah dalam situasi sulit tersebut. Menurut McCrae, gajah yang bahagia biasanya mengayunkan ekornya atau mengibas-ngibaskan telinganya, bahkan mandi debu untuk membuat mereka tetap sejuk. Tetapi, gajah akan depresi ketika mereka lapar dan perilaku bahagia itu tak akan terlihat.
"Skenario terburuk adalah para pemilik gajah harus memilih menyelamatkan diri mereka sendiri atau gajah mereka. Masyarakat di sini tak punya banyak (harta), tetapi mereka berusaha melakukan sesuatu untuk menjaga gajah-gajah itu tetap hidup sekarang,"Â kata McCrae.
Ironis, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn justru mengisolasi diri di hotel mewah bersama 20 selirnya. Ia terlihat di publik terakhir kali pada Februari 2020. Perilaku raja beristri empat itu sontak menuai kekesalan dari warga yang ditumpah lewat tagar Why We Need a King?.
Advertisement