Liputan6.com, Jakarta - Lebaran 2020 ini menjadi hari raya yang sangat spesial bagi umat Muslim di Indonesia dan di dunia. Berbeda dari Idul Fitri sebelumnya, kali ini masih diselimuti dengan keprihatinan karena bertepatan dengan masa pandemi corona Covid-19.
Meski begitu, Lebaran tetap bisa dirayakan. Dengan merayakannya hati menjadi gembira usai berpuasa selama sebulan.
"Jika ada yang ingin salat Idul Fitri di tempat yang steril (dari corona Covid-19), ya silakan. Namun, bila kondisinya tidak steril, ya salat di rumah saja. Mandi, pakai parfum, pakai pakaian yang terbaik," ujar Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cholil Nafis saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 15 Mei 2020.
Advertisement
Baca Juga
Meski begitu, Nafis mengimbau format salatnya saja yang diubah untuk menghindari kerumunan. Begitu pula dengan silaturahmi, tetap bisa dilaksanakan, hanya caranya yang berbeda-beda.
"Dilaksanakan di tempat yang steril, yang tidak ada Covid-19, ya silakan. Salam-salaman itu (bermaaf- maafan) melebur dosa," imbuh Nafis.
Namun, jika dikhawatirkan menularkan virus corona Covid-19, silaturahmi tetap bisa dilaksanakan, tapi tidak dengan cara pertemuan tatap muka secara langsung.
"Tidak usah bertemu secara dekat, kalau pun bertemu tidak usah bersalaman. Jaga jarak, apalagi dengan orangtua yang rentan. Jadi, silaturahmi itu tetap dilaksanakan, jauh di mata, tapi dekat di hati," tutur Nafis.
Sebelumnya, saat Lebaran bisa saling menyapa secara langsung, sekarang bisa lewat daring. Kata Nafis, hal itu sama halnya dengan mengucapkan Lebaran lewat kartu.
"Sekarang bisa lewat SMS, WA. Sarana saja yang berbeda, tapi intinya silaturahmi itu jangan pernah ditinggalkan. Tapi metodenya saja yang dipilih yang terbaik, karena masih dalam pandemi corona Covid-19," kata Cholil Nafis.Â
Hindari Bersentuhan
Di masa pandemi ini, Lebaran tidak hanya soal ritual ibadah, tapi juga terkait dengan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus mematuhi aturan pemerintah setempat.
"Status epidemi itu harus disampaikan, sehingga bisa diketahui, mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan," ujar dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Panji Hadisoemarto, saat dihubungi Liputan6.com, Jumat, 15 Mei 2020.
Bila ada Fatwa MUI tentang salat Idul Fitri, maka harus disosialisasikan dengan baik kepada masyarakat. Jangan sampai sampai fatwa itu tidak diindahkan masyarakat sehingga ritual keagamaan yang dilaksanakan malah membawa mudarat hingga menyebabkan orang sakit.
"Harus bijaksana menyampaikannya risiko yang akan terjadi. Keselamatan orang banyak itu sangat penting," kata Panji.
Panji berharap saat Lebaran nanti orang tetap harus menjaga jarak. Tidak perlu bersalaman, berpelukan, cium pipi kanan dan cium pipi kiri, maupun sungkeman.
"Itu untuk menghindari risiko penularan. Kita harus menjaga kesehatan masing-masing," tegas Panji.
Advertisement