Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan RI mencanangkan program Tele Sehat Desa, sebuah program membangun kesehatan bersama dengan melibatkan strategi telekonsultasi. Tujuannya adalah setiap masyarakat mendapatkan masalah kesehatan, melindungi kelompok rentan, seperti anak, ibu hamil, manula dan penderita penyakit kronis dapat dikonsultasikan langsung ke dokter.
Selain itu Program Tele Sehat Desa juga memuat panduan-panduan tatanan hidup baru atau yang kini dikenal dengan sebutan new normal. Yang lebih mengejutkab lagi, Tele Sehat Desa ternyata sudah terintegrasi dengan e-HAC (electronic Health Record) untuk memantau orang masuk dan keluar dari satu wilayah.
Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang program Tele Sehat Desa dan goal program tersebut, dr Sonia Wibisono sebagai Duta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang juga dikenal sebagai influencer melakukan perbincangan dengan Staf Khusus Menkes Dr Mariya Mubarika.
Advertisement
Baca Juga
Dokter Sonia memulai pembicaraan dengan bertanya apa keunggulan program Tele Sehat Desa dan kenapa Kabupaten Kebumen di Jawa Tengah dipilih sebagai lokasi awal program Kemenkes ini?
Menurut dokter Mariya, program Tele Sehat Desa merupakan program yang didisain lengkap. Dalam Tele Sehat Desa terdapat informasi daftar protokol tatanan hidup baru di era pandemi, konsultasi dengan dokter online, informasi fasilitas kesehatan terdekat dan akan tersedia informasi perlindungan kelompok rentan serta pemantauan epidemiologi.
"Jadi Tele Sehat Desa merupakan program paket komplit," jelasnya di Kebumen, Senin, 1 Juni 2020). Mengenai alasan Kabupaten Kebumen yang dijadikan proyek percontohan, Mariya menjelaskan, Kabupatan Kebumen dengan luas wilayah sekitar 1.281 km persegi, memiliki penduduk sekitar 1,3 juta jiwa masih menjadi kabupaten termiskin di Jawa Tengah.
Segala keterbatasan yang dialami kabupaten ini langsung menjadikan Kebumen tertinggal dan kalah dalam perang dunia biologis melawan invansi virus Corona.
"Program ini merupakan alat perjuangan melawan pandemi Covid-19 dengan semangat gotong-royong dan persatuan. Program ini adalah jaringan tol langit yang bisa menjangkau masyarakat sekalipun di pulau terluar dan terujung. Kebumen hanya proyek percontohan, nantinya akan disebar ke seluruh desa di Indonesia," terang Mariya.
Dr Mariya Mubarika mengingatkan bahwa dunia digital yang digunakan di kesehatan dalam bentuk telehealth dan telemedicine membutuhkan jaringan tol langit agar bisa sampai ke ujung-ujung tanah air. "Jadi bisa dikatakan tol langit ini garda terdepan senjata yang digunakan untuk berperang melawan Corona," tuturnya.
Sebelum dr Mariyah memberikan jawaban lanjutan, dr Sonia bertanya mengapa program ini diluncurkan pada peringatan Hari Kelahiran Pancasila? Jawaban diplomatis dilontarkan dr Mariya.
Sebetulnya simpel saja. Program ini, lanjut dr Mariya merupakan perwujudan dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Program Tele Sehat Desa akan mempersatukan Indonesia dari barat ke timur, utara ke selatan dengan jaringan serat optik yang bisa digunakan untuk mempercepat komunikasi dari masyarakat ke petugas kesehatan, pemerintahan desa, pemerintah daerah sampai ke pemerintah pusat.
"Jika kita tetap memberlakukan pertemuan manual, tatap muka maka akan menjadikan masalah baru, penularan akan terus berantai. Jika komunikasi dilakukan online maka selain cepat juga aman. Peningkatan pengetahuan masyarakat terkait Corona ini lah yang akan memenangkan peperangan melawan virus ini," ucap dr Mariya.
Dokter Mariya berpendapat, pemutusan virus Corona sesungguhnya hanya soal pemahaman masyarakat. "Nah, Tele Sehat Desa membantu masyarakat mengetahui perubahan-perubahan terbaru terkait apa yang harus dilakukan,"katanya.
Sebenarnya pemerintah daerah telah melakukan sosialisasi secara tradisional, dengan menyebar nomer telpon dokter untuk bisa diakses masyarakat di desa. Tele Sehat Desa ini hadir menyempurnakan hal yang masih kurang melayani masyarakat. "Telesehat Desa merupakan program kerjasama antara pemerintah daerah dengan Kememkes yang akan dibangun di seluruh desa di Indonesia,"jelas dr Mariya
Mendengar jawaban koleganya di Kemenkes, tak lantas membuat dr Sonia berpuas diri. Duta Kesehatan PBB ini menggali lebih dalam lagi tentang program tersebut dengan pertanyaan bagaimana dengan daerah yang belum terakses jaringan internet dan listrik. "Iya dong. Kalau tidak ada internet dan listrik program itu tentu tidak akan berjalan," ujarnya.
Dr Mariya menegaskan, ia optimis negara yang akan terus berjuang melakukan penyempurnaan. Namun yang terpenting dengan infrastruktur yang telah mendukung mengorbitnya Palapa Ring, harus menjadikan semangat besar untuk memberikan pelayanan terbaik dan tercepat kepada rakyat.
Â
Dr Mariya menegaskan banyak putra putri bangsa yang hebat dan mampu membuat teledetection, misalnya alat tensi darah dari jarak jauh, USG jarak jauh dan lainnya, kehadiran revolusi industri di dunia medis akan mempercepat hadirnya negara dalam bidang kesehatan disemua pelosok. "Dan perlu dipahami, hal itu menjadikan lebih murah dan lebih efisien," katanya lagi.
Dokter Sonia melanjutkan pertanyaan, mengenai begitu banyak hoax dan isu-isu yang mengalihkan perhatian masyarakat, semua ini memperlambat penanganan Covid-19 dan juga menurunkan imunitas karena masyarakat takut dan panik. Apakah program Tele Sehat Desa bisa menjadi jawaban dan solutif bagi kegelesihan masyarakat dengan pandemi yang tiada akhir ini?
Dr Mariya meyakini program Tele Sehat Desa bisa menjadi alat pemersatu dan menjernihkan masalah. Apalagi lahir di hari lahir Pancasila. Sebuah terobosan yang harus didukung semua pihak. Beruntunglah bangsa ini memiliki dasar negara Pancasila.
"Salah satu hari penting kita peringati kelahirannya adalah Hari Pancasila. Ini mengingatkan kita bersama bahwa gotong royong adalah hakikat, saripatinya Pancasila itu sendiri. Semangat gotong royong dapat menyatukan seluruh komponen bangsa Indonesia melalui program Tele Sehat Desa,"tegasnya.
Dr Mariya menambahkan, digital kesehatan dapat membantu masyarakat yang sakit dan kebingungan sebelum ke fasilitas kesehatan. Dengan telekonsultasi, dokter bisa mengarahkan apa yang menjadi kebingungan si sakit. Dengan begitu akan terjawab dan bagaimana harus bertindak.
"Jadi masyarakat tidak perlu berbondong-bondong ke faskes yang malah bisa menyebabkan cross infection lagi. Dunia digital juga mempersatukan pemahaman yang benar dan lurus terhadap apa yang harus dilakukan," pungkas dr Mariya Mubarika