Liputan6.com, Jakarta - Tragedi kematian pria berkulit hitam George Floyd membuat dua produsen peralatan olahraga terkemuka bisa bersatu. Nike dan Adidas, dua brand yang saling bersaing, kali ini bersatu melawan rasisme.
Momen yang jarang terjadi ini menyusul kematian George Floyd yang memicu gelombang aksi unjuk rasa di hampir semua penjuru Amerika Serikat (AS). Bahkan demonstrasi juga terjadi di luar AS, seperti di London (Inggris) dan Berlin (Jerman) pada 31 Mei 2020.
Pada Sabtu, 30 Mei 2020, Nike yang terkenal dengan slogan 'Just Do It', mengunggah sebuah video di Twitter yang menyuarakan ajakan untuk menentang segala bentuk tindakan berbau rasial.
Advertisement
Baca Juga
Video tersebut diawali dengan kalimat yang berbunyi, "For once, don't do it". Brand asal Negeri Paman Sam ini lalu mengingatkan pengikutnya untuk tidak menutup mata pada masalah rasisme.
"Don't pretend there's no problem in America. Don't turn your back on racism. Do not accept that innocent lives are taken from us. Don't use any other excuses (Jangan berpura-pura tidak ada masalah di Amerika. Jangan menutup mata pada rasisme. Jangan terima saat hidup mereka yang tak bersalah diambil dari kita. Jangan gunakan banyak alasan)," tulis Nike.
Cuitan tentang tragedi George Floyd tersebut lalu berujung viral setelah di-retweet sampai 90 ribu kali sampai Senin pagi (1/6/2020). Tanpa diduga, dari ribuan akun yang merespons, ada Adidas di antaranya.
Merek asal Jerman itu membalas dengan cuitan, "together is the way forward. Together is the way to change (bersama kita maju ke depan, bersama adalah jalan untuk berubah)".
Kolaborasi
Respons tersebut lantas memicu reaksi positif para penggemar. Mereka bahkan meminta kedua brand berkolaborasi untuk membuat koleksi yang menyiratkan pesan antirasisme.
Diberitakan sebelumnya, kerusuhan terjadi di Minneapolis akibat tewasnya pria kulit hitam, George Floyd. Ia meninggal dunia pada 25 Mei 2020 waktu setempat saat ditangkap polisi karena dicurigai bertransaksi dengan menggunakan uang kertas palsu.
Sebuah video dari insiden tersebut memperlihatkan seorang petugas berkulit putih terus menekan lehernya dengan lutut saat dia terjepit di tanah. Floyd sempat mengucapkan kata-kata 'Saya tak bisa bernapas' sebelum akhirnya meninggal dunia.
Insiden itu tak hanya menjadi viral, tapi juga berbuntut pada gelombang protes di berbagai kota. Protes tersebut juga berujung pada pembakaran dan penjarahan yang sampai saat ini masih terjadi di beberapa kota di AS.
Advertisement