Liputan6.com, Jakarta - Lewat If I Had Your Face, penulis Frances Cha merilis debut novel bercerita tentang perjuangan empat perempuan muda sukses di ketatnya persaingan standar kecantikan Seoul, Korea Selatan, yang juga dikenal sebagai ibu kota operasi plastik dunia.
Melansir laman Korea Times, Jumat, 5 Juni 2020, setidaknya satu dari tiga orang di bawah usia 30 tahun di sana melakukan operasi plastik. Sosok 'pahlawan' yang diangkat Cha tak diukur berdasarkan tingkat kecerdasan, kepribadian, atau pencapian, melainkan jenis presisi kecantikan.
Cha sendiri merupakan seorang kosmopolitan yang lahir dan bersekolah di Amerika Serikat. Mantan travel and culture editor CNN di Seoul dan Hong Kong ini sadar benar akan satu kebenaran tak terucap bagi semua perempuan, perihal agoni melihat perempuan lain dan berpikir, "Bila saja saya mempunyai wajah sepertimu."
Advertisement
Baca Juga
Karakter di novel Cha adalah Kyuri, yang tak semata berwajah cantik, namun juga supermodel operasi plastik dengan jahitan di kelopak mata, bentuk tulang pipi dan rahang yang sudah 'disentuh' ulang, ekstensi bulu mata, serta tato garis mata.
"Anda akan terbiasa," katanya perihal sensasi di area wajahnya setelah melakukan operasi plastik. Terlepas dari pendapatan yang tinggi, Kyuri diceritakan berjuang mengelola keuangan, dengan tetap mengambil beberapa digit untuk melakukan touch up kecil di bagian wajahnya.
Karakter lain, Miho, ditinggalkan di depan panti asuhan Cheongju saat bayi. Ia berjanji tak akan pernah menanggalkan dua mimpinya, yakni untuk jadi seniman, di mana ia mendapat beasiswa ke sekolah seni di Amerika, dan punya empat anak setelah kembali ke Korea Selatan.
"Tak ada operasi yang bisa mengembalikan vaginamu setelah itu," ucap Kyuri. Kemudian, ada pula Ara, full-time hairstylist yang saat tak bekerja mengikuti perjalanan K-pop boy band.
Tantang Standar Kecantikan
Di beberapa bagian, Cha menyisipkan humor ringan untuk menyimbangkan fakta miris dari hingar-bingar nan glamornya hidup penduduk Seoul. Salah satunya diucapkan karakter berwajah polos Wonna soal alasan memilih suaminya sebagai pendamping hidup.
"Lelaki ini, tak hanya baik, namun juga ibunya sudah meninggal. Jadi, saat nanti kami punya anak, tak akan ada yang mencampuri," tuturnya.
Karakter lain, Sujin dengan tuntutan menurunkan berat badan karena pekerjaan berjuang untuk mendapatkan perawatan di salon terbaik. Setelah melakukan operasi plastik, ia melalui dua bulan yang sangat menyengsarakan dengan rasa sakit di bagian mulut.
Di tengah kesakitan tersebut, Sujin sadar bagaimana proses ini dilalui sekian banyak perempuan untuk jadi cantik. Novel ini dikatakan jadi cara Cha menantang standar kecantikan yang selalu datang dengan 'harga mahal' di Korea Selatan.
"Saat saya tanya anak muda di mana, bagaimana dengan masa depan mereka, apa yang akan mereka lakukan besok saat semua uang habis untuk mempercantik diri, mereka mengatakan, mereka hanya akan meninggal saja," papar Cha.
Dari situ ia menyadari bahwa persepsi ini sangat mungkin jadi sebab Korea Selatan punya kasus bunuh diri tertinggi di dunia. Dengan meletakkan Korea Selatan sebagai pusat cerita, Cha bermaksud memperlihatkan wajah dan penampilan baru dari tema sastra kuno.
Advertisement