Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya produk skincare di pasaran dengan berbagai klaim tentu membuat Anda harus lebih jeli sebelum memilih. Bahan-bahan yang digunakan umumnya jadi pertimbangan pertama sebelum memutuskan membeli, lalu memakai sebuah produk.
Ratih Permata Sari selaku Chief Product Officer (CPO) BASE mengatakan, bahan berpotensi bahaya dalam skincare bisa dilihat dari dua kacamata. Pertama, dari ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Advertisement
Baca Juga
"Mereka sudah issued bahan apa saja yang tidak boleh. Dari kadar, misal, AHA memang boleh, tapi ada kadar maksimum yang diperbolehkan. Makanya kami sendiri memastikan semua produk sesuai takaran aman," katanya dalam one on one interview secara daring dengan Liputan6.com, Kamis, 4 Juni 2020.
Kedua, harus dilihat berbahaya dari individu. Pasal, ada beberapa kandungan skincare yang memang diklaim aman, tapi ternyata menimbulkan alergi saat dipakai orang tertentu. "Misal, pakai tea tree oil yang sudah disertifikasi BPOM, ternyata tak cocok di kulit tertentu," imbuh Ratih.
Kemudian, retinol memang boleh, tapi tidak untuk ibu hamil. Karenanya, Ratih merekomendasikan, sebagai konsumen harus rajin cari tahu sendiri. "Lalu, BASE sendiri dari sisi beauty brand mengusung transparansi bahan apa saja yang digunakan, sekaligus pengin mengedukasi konsumen," tuturnya.
Laman untuk Cek Informasi Kandungan Skincare
Chief Executive Officer (CEO) BASE, Yaumi Fauziah Sugiharta, menambahkan, sebagai label lokal pertama dengan personalisasi skincare, pihaknya sebisa mungkin menempatkan diri sebagai konsumen, di mana umumnya mau tahu ada kandungan apa saja di sebuah produk.
"Sekarang memang tak ada yang lebih baik dari cari sendiri. Baca semua bahannya, jangan hanya key ingredients," katanya di kesempatan yang sama.
Yaumi menyarankan, ewg.org, dari sekian banyak, sebagai laman untuk mengecek serba-serbi bahan yang digunakan dalam sebuah produk skincare. "Tingkat ketik namanya, nanti muncul semua informasi. Mulai dari pengertian umum sampai manfaat, semua ada," imbuh Yaumi.
Teliti membaca dan sebisa mungkin mengomunikasikan ketidaktahuan dengan brand pun sangat disarankan. "Di BASE, kami pun sangat menunggu feedback dari BASE Friend (sebutan konsumen BASE), supaya tahu juga mana yang harus di-improve supaya lebih sesuai," tandasnya.
Advertisement