Sukses

Solusi Pembelajaran Jarak Jauh bagi Guru, Orangtua, dan Murid yang Lebih Hemat Kuota

Salah satu fiturnya pun berupaya mengatasi jarak pemahaman teknologi antara guru, orangtua, dan murid selama melakukan pembelajaran jarak jauh.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang tahun ajaran baru di masa pandemi, program belajar-mengajar di mayoritas sekolah rencananya bakal tetap berlangsung secara daring. Setelah beberapa bulan dilaksanakan, keluahan akan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tak sedikit dilontarkan.

Karenanya, sebuah perusahan teknologi, GREDU, coba menawarkan solusi. "Karena lebih ke sistem, makanya kami sebut GREDU lebih dari kelas online," kata Ricky Putra, Chief Operating Officer (COO) GREDU saat konferensi pers daring, Rabu (1/7/2020).

Dalam praktiknya, GREDU melakukan pendekatan-pendekatan yang menunjang tujuan mereka, yakni mengoptimalkan pembelajaran jarak jauh. Salah satunya adalah memisahkan platform bagi sekolah, guru, siswa, dan orangtua supaya masing-masing bisa berperan secara maksimal.

"Sekolah bisa memanfaatkan untuk sistem pembayaran, terkait perpustakaan, atau memberi pengumuman. Sementara, guru bisa memaksimalkan jadwal, pembelajaran, penilaian, bahkan pengisan rapor," Chief Technology Officer, Mochammad Fachri menjelaskan di kesempatan yang sama.

Kemudian, orangtua bisa memantau jadwal dan perkembangan anak, sekaligus melakukan pembayaran. Terakhir, anak menggunakannya untuk mengetahui jadwal, pembelajaran, dan daftar tugas selama pembelajaran jarak jauh.

Pembedaan platform ini juga jadi cara mengatasi jarak penguasaan teknologi. "Guru itu UI, warna, font size sampai UX semua dicocokkan. Begitu juga dengan orangtua. Sementara murid dibuat seinteraktif mungkin layaknya media sosial yang biasa mereka buka," kata Ricky.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Manfaatkan Kelas Interaktif

Ketimbang video conference, GREDU menawarkan PJJ lewat kelas interaktif. "Di sini, murid dan guru bisa melakukan diskusi secara real time. Kami juga mendorong guru membuat materi sekreatif mungkin sesuai kebutuhan murid," ucap Fachi.

Lalu, karena bukan dalam bentuk video conference, diskusi bisa dilakukan di luar jam pelajaran. Masing-masing platform pun dilengkapi berbagai fitur. Misal, bagi guru dengan memanfaatkannya dapat mengevaluasi tingkat pemahaman murid dalam satu kelas.

Materi pun bisa dalam bentuk foto maupun video. "Guru juga bisa cek siapa (murid) yang sudah mengunduh materi, siapa yang belum. Bahkan, terlihat siapa yang sudah mambaca materi tersebut," imbuh Ricky.

Dari setiap materi, murid bisa memilih paham, ragu-ragu, tidak paham sebagai evaluasi guru tentang materi yang disampaikan. 

Lalu, ada pula tugas online. Tak hanya teks, fitur ini memungkinkan murid mengunggah tugas praktik dalam bentuk foto maupun video.  Bahkan, ada pula fitur yang memungkinkan guru untuk langsung memberi penilaian dalam mengisi rapor berdasarkan sistem.

"Dengan begini, guru bisa melakukan evaluasi mendalam berdasarkan kurikulum nasional," ucap Fachri.

GREDU juga mengadopsi sistemnya dalam dua versi, yakni web dan mobile. "Karena ternyata tidak semua murid punya laptop. Akhirnya malah harus berbagi sama orangtua," imbuhnya.

3 dari 3 halaman

Lebih Hemat Kuota

Karena bentuknya tugas online dan kelas interaktif, sistem GREDU diklaim lebih hemat kuota internet. "Bisanya dengan video conference. Misal, anak ada lima mata pelajaran, sehari bisa sampai habis satu gigabyte," kata Fachri.

Tapi, GREDU membuatnya jadi seminim mungkin sehingga maksimal 10 GB dalam satu bulan. "Itu pun dengan catatan semua pelajarannya pakai video. Kalau tidak, tentu bisa kurang dari itu," imbuh Ricky.

Bakal secara resmi dirilis pada 15 Juli, sistem PJJ GREDU lebih menyasar guru dan siswa di tingkat SD, SMP, SMA, dan SMK.

"Kami juga sebaik mungkin bertanggung jawab menjaga privasi dari setiap sekolah atau daerah yang berpartisipasi. GREDU sudah mengimplementasi security berstandar internasional," tutup Fachri.