Sukses

Patung Little Mermaid di Copenhagen Dilabeli Rasis

Patung berusia 107 tahun ini biasanya menarik jutaan turis setiap tahun.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu atraksi populer bagi turis di Copenhagen, Denmark, yakni Patung Little Mermaid, dilabeli rasis. Melansir laman Strait Times, Sabtu (4/7/2020), tulisan 'Ikan Rasis' didapati aparat setempat pada Jumat, 3 Juli 2020.

Patung ini sendiri tercatat dibuat untuk menghormati dongeng karya Hans Christian Andersen, di mana secara visual putri duyung itu duduk di batu di pesisir Copenhagen. Polisi menyebut belum bisa mengidentifikasi pelaku aksi vandalisme tersebut.

"Kami menganggapnya sebagai vandalisme dan telah memulai investigasi," kata juru bicara polisi Copenhagen. Bukan kali pertama, patung berusia 107 tahun yang medatangkan jutaan turis tiap tahunnya ini telah mengalami nasib serupa.

Beberapa di antaranya termasuk tindakan yang dilakukan pendemo anti-perburuan paus dan aktivis pro-demokrasi. Lalu, demonstran gerakan Black Lives Matter yang dalam beberapa waktu terakhir memprotes patung sejumlah figur bersejarah yang dinilai berperan dalam kultur rasisme.

Praktik kejadian yang dimaksud, seperti perdagangan budak dan kolonialisme. Little Mermaid sendiri awalnya tak masuk dalam perbebatan ini.

Tapi, tahun lalu, film animasi tahun 1989 yang akan dibuat dalam format live action ini sempat jadi kontroversi setelah aktris Afrika-Amerika Halle Bailey casting sebagai pemain utama. 

"Sulit melihat apa sebenarnya praktik rasisme dalam dongeng Little Mermaid," kata Ane Grum-Schwensen, seorang peneliti H.C. Andersen Centre di University of Southern Denmark, pada media lokal, Ritzau.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Bukan Insiden Perdana

Berdasarkan laporan People, patung Little Mermaid rampung pada Agustus 1913. Patung karya Edvard Eriksen ini merupakan hadiah yang diberikan Carl Jacobsen pada kota Copenhagen, menurut laman Visit Copenhagen.

Grum-Schwensen mengatakan, soal label rasis, ia sendiri tak yakin dari sisi mana Little Mermaid sampai mendapat sebutan tersebut. "Dalam karya literasi, tentu Anda bisa menggunakan banyak perpektif," tuturnya.

Namun, belum ada poin jelas yang mengarah pada titik berat rasisme di dongeng tersebut.

Patung ini dilaporkan sempat kehilangan bagian kepalanya pada 1964 dan 1998, juga saat salah satu lengannya rusak parah di tahun 1984. Awal 2020, patung ini jadi target pesan 'Bebaskan Hong Kong'.