Sukses

Kisah Turis Terdampar di Bandara Filipina Selama 110 Hari

Turis terdampar ini mendapat makanan dari karyawan di bandara.

Liputan6.com, Jakarta - Cerita turis yang terdampar akibat pandemi Covid-19 kembali terdengar. Kali ini dialami pelancong asal Estonia, Roman Trofimov, yang terdampar selama 110 hari di salah satu bandara Filipina.

Turis yang minta diselamatkan itu telah tinggal di area keberangkatan sejak tiba dengan penerbangan AirAsia dari Bangkok pada 20 Maret 2020, seperti dilansir dari The Sun, Kamis (9/7/2020). Lelaki yang telah berkeliling Asia Tenggara itu mengungkap, paspornya diambil sebelum berangkat menuju imigrasi.

Maskapai asal Malaysia itu tak dapat mengembalikannya ke Thailand di tengah pembatasan wilayah karena pandemi. Ia ditolak masuk ke Filipina karena visa masuk tak lagi dikeluarkan untuk kedatangan.

Trofimov kemudian terperangkap dalam kekacauan dan kebingungan yang terjadi kemudian. Ia pun terpaksa tinggal di bandara selama 110 hari, antara 20 Maret 2020--7 Juli 2020.

"Saya terjebak di sini (bandara) selama lebih dari 100 hari. Saya butuh bantuan untuk keluar. Perusahaan penerbangan mengatakan saya harus menunggu Enhanced Community Quarantine berakhir sebelum diizinkan terbang. Saya sudah menunggu lama di sini," kata Trofimov.

Trofimov tercatat punya penerbangan selanjutnya ke Provinsi Cebu yang dipesan untuk hari yang sama pada 20 Maret 2020 dan penerbangan kembali ke Bangkok untuk 2 April 2020. Keduanya dibatalkan karena virus yang berdampak pada perjalanan internasional.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Terbang Saat Darurat

Turis yang putus asa itu mengatakan, ia telah meminta bantuan kedutaan, tetapi mereka tidak dapat mengatur penerbangan repatriasi. Trofimov tidur di aula keberangkatan bandara dan bertahan hidup dengan makanan yang disumbangkan staf bandara.

"Saya tak berdaya. Kesehatan saya makin buruk karena kekurangan gizi, kurang sinar matahari, dan udara segar," katanya.

Lembaga penyiaran Estonia, ERR, melaporkan Trofimov bepergian dengan apa yang disebut paspor abu-abu bagi orang kewarganegaraan tidak jelas. Pihak berwenang Estonia mengatakan dokumen itu dikeluarkan untuk orang-orang dengan hak tinggal di negara yang tidak bisa mendapatkan paspor lain.

"Penting untuk dicatat bahwa ia terbang ke Filipina saat negara-negara telah mengumumkan situasi darurat dan Kementerian Luar Negeri telah memberi peringatan perjalanan," kata pihak Kementerian Luar Negeri Estonia, dalam sebuah pernyataan.

Pembatasan koronavirus diterapkan di Filipina sesuai tingkat risiko suatu wilayah. Metro Manila berada di bawah Karantina Masyarakat yang Ditingkatkan (ECQ) selama beberapa bulan sebelum bergeser ke tingkat yang lebih rendah Karantina Masyarakat (GCQ) pada Juni 2020.

Namun, meski memiliki pedoman yang lebih santai di bawah status GCQ, sebagian besar penerbangan masih tidak diizinkan dilanjutkan, termasuk ke Estonia.