Sukses

Tips Mencegah Masalah Kulit Akibat Pemakaian Masker dari Ahli

Ahli kulit membagi dua masalah yang biasa dialami pasien akibat penggunaan masker, yakni jerawat dan kulit meradang.

Liputan6.com, Jakarta - Pemakaian masker makin tak bisa dihindarkan di masa pandemi Covid-19. Namun, hal itu mendatangkan masalah baru bagi kulit wajah. Musim panas membuat masalah semakin memburuk.

Berdasarkan data yang didapat dari sejumlah klinik dan rumah sakit di Tokyo, jumlah pasien yang mengeluhkan kulit yang meradang dan masalah sensitivitas kulit akibat masker lainnya, seperti guratan di belakang telinga akibat karet masker.

"Seiring dengan kelembapan dan suhu meningkat, kondisi kulit di balik masker juga memburuk. Kulit terluka karena gesekan antara masker dan kulit," kata Kotaro Yoshitake, kepala sebuah klinik dermatologi dan operasi plastik di Tokyo, dikutip dari Japan Today, Rabu (15/7/2020).

Pada Juni 2020, Klinik Kotaro mencatat jumlah pasien tertinggi, dipicu oleh masalah kulit akibat pemakaian masker. Jumlah tersebut diperkirakan meningkat tiga kali lipat dibandingkan bulan yang sama pada tahun sebelumnya.

Yoshitake membagi masalah kulit yang diderita pasien menjadi dua kategori, peradangan dan jerawat. "Salah satu kasus terburuk adalah bagian belakang telinga pasien tergores atas dan bawah karena gesekan antara karet elastis di masker," ujarnya.

Tidak seperti negara dan kawasan lainnya, Jepang tidak mewajibkan secara hukum penggunaan masker di tempat publik. Namun, ada tekanan sosial yang kuat untuk melakukannya yang bila melanggar, mereka akan dirisak di media sosial dengan tagar maskpolice.

Dengan begitu, memakai masker telah menjadi bagian hidup sehari-hari bagi hampir semua orang. Utamanya setelah interaksi sosial meningkat seiring pencabutan status darurat pada akhir Mei lalu dan mengurangi kebijakan tetap di rumah dan mengizinkan usaha beroperasi kembali selama masa pandemi.

YouGov, firma polling asal Inggris, menemukan bahwa 86 persen warga Jepang yang disurvei di awal Mei telah menggunakan masker di ruang publik. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan temuan di Tiongkok yang 82 persen, dan di AS 71 persen pada 22 Juni 2020. Bahkan, tingkat pemakaian masker di Jerman hanya 64 persen, dan Inggris Raya hanya 31 persen pada 25 Juni 2020.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Solusi Dokter

Namun, ketidaknyamanan tetap tak terhindarkan bagi sebagian orang. Maka, masalah tak bisa dibiarkan tanpa solusi. Yoshitake menyarankan agar orang-orang yang memiliki masalah kulit tetapi tetap harus memakai masker, beralih menggunakan masker kain.

"Mereka lembut untuk kulitmu dan dan memiliki tingkat pencegahan infeksi yang sama dengan masker non-woven yang dijual di apotek," sahutnya.

Yoshitake juga menyebut seseorang dengan kulit meradang tak wajib menggunakan masker. Tentu saja ada syaratnya.

"Bila Anda tak batuk dan dapat menjaga jarak dengan orang lain, tidak wajib menggunakan masker sekalipun Anda bekerja di kantor," ujarnya.

Saran yang sama dilontarkan Kaoru Takayama, seorang asisten profesor di Universitas Medis dan Kedokteran Gigi Tokyo. Ia menyarankan untuk mengurangi waktu pemakaian masker ketika ada masalah kulit. "Untuk mencegah peradangan, selalu aplikasikan pelembab di kulit dan menggunakan masker yang lembut untuk kulit adalah sangat penting," kata Takayama.

Ia menambahkan, "Keringat yang tertinggal di masker bisa menyebabkan kulit kering dan iritasi kulit."

Sementara, Yoshitake menyarankan agar Anda menyisipkan tisu di antara wajah dan masker untuk mencegah gesekan yang menjadi penyebab masalah kulit. Ia juga mengingatkan untuk memilih masker yang pas dengan wajah. "Menggunakan maske kecil sangat buruk bagi kulit Anda," kata dia.

Tak lupa, ia mengimbau agar selalu memakai sunblock saat keluar rumah. "Sinar UV dapat melemahkan kemampuan kulit menghalangi dari radikal bebas, hal itu bisa menambah masalah baru."