Liputan6.com, Jakarta - Adalah Nina Agustin, seorang dokter gigi di Malang, Jawa Timur, yang belakangan tengah jadi perbincangan hangat. Ia berhasil mencuri atensi di jagat maya setelah mengenakan alat pelindung diri (APD) fashionable dan penuh warna ketika bertugas.
Terobosan unik ini berawal saat kasus COVID-19 ditemukan pertama kali di Indonesia pada Maret 2020 lalu. Di tengah masa krisis kesehatan global, ia berpikir karena dokter gigi berhadapan langsung dengan pasien, sudah sepatutnya mengenakan APD level tiga saat praktik.
"Hazmat wajib dipakai. Saya pikir ini tidak bakal sebentar dan tidak mungkin bisa sama seperti sebelum pandemi. Saat itu (COVID-19) beredar, dan hazmat ada di pasaran, saya tidak nyaman karena ukuran 3XL," kata Nina saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (28/7/2020).
Advertisement
Baca Juga
Sang dokter gigi melanjutkan, rasa tidak nyaman itu memengaruhi suasana hatinya. Faktor lain adalah ketika Nina mengamati pasien yang ada di enam cabang kliniknya, mereka seperti penuh ketakutan, terlebih pada pasien anak.
"Maka dari itu saya berinovasi bikin APD sendiri. Nomor satu mengedepankan protokol APD yang berlaku dengan bahan 100 persen anti-air, jahitan diberi shield, penutup leher, dan kepala ditutup rapat," lanjutnya.
Soal proses pembuatan, Nina dibantu tukang jahit yang tidak lain adalah tetangganya di masa kecil dan mereka kerap bermain bersama. Ketika menyampaikan ide soal APD unik, teman penjahitnya itu cukup terkejut dengan inovasi Nina.
Setelah melalui debat cukup panjang, akhirnya sang teman menyanggupi permintaan itu. Dikatakannya, APD ini dibuat sama seperti yang beredar. Perbedaannya hanya di ukuran dan diberi sentuhan warna-warni.
"Saya belanja sendiri di toko tekstil di Surabaya membeli bahan anti-air dan beli banyak warna dari merah, shocking pink, sampai stabilo, langsung saya borong. Setelah itu minta ukuran cutting," kata Nina.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Miliki Spirit Baru
Inovasi APD fashionable penuh warna ini sukses membuat Nina memiliki semangat baru. Ia jadi lebih bahagia, tidak stres, imunitas naik, dan ternyata pasien merespons positif kehadirannya memakai APD modis ini.
Awalnya, sang dokter gigi bertugas dengan APD warna-warni, namun baru sebulan terakhir ia mengenakan APD printing. Nina membeli bahan taslan polos yang 100 persen anti-air.
"Saya terinspirasi masker warna-warni, digital printing kan dilaminasi lagi, proses pengerjaan setelah dijahit. APD saya saat ini ada sekitar 25--27, saya pakai 3--4 kali. Kalau sesuai WHO bisa sampai 15 kali untuk APD reuse," tambahnya.
Lewat inovasi uniknya, Nina berharap dapat jadi motivasi untuk rekan-rekan sejawat. "Karena dokter gigi turut terdampak selama lima bulan terakhir. Kita harus pakai APD level tiga, harapan buat masyarakat untuk kembali perawatan tanpa takut karena protokol sudah beda dan lebih ketat," tambah Nina.
APD level tiga, dikatakan Nina, jadi perlindungan secara maksimal untuk pasien atau penyebaran silang antara pasien ke pasien. "Perlindungan dari ujung kepala ke kaki tertutup, handschoen, pakai goggle, masker minimal N95, tapi saya lebih nyaman pakai masker respirator, lapisan paling luar face shield, sepatu bot taslan harus ditutup dengan shoe cover," jelasnya.
Advertisement