Liputan6.com, Jakarta - Siapa yang sudah kangen berlibur ke Bali? Per 31 Juli 2020, turis lokal bakal diperbolehkan kembali berwisata ke Pulau Dewata. Content creator Ayla Dimitri lebih dulu merasakan pengalaman bepergian ke sana dengan protokol yang berbeda dari sebelum pandemi melanda.
Ia pun membagikannya lewat laman Instagram Story-nya. Hal pertama yang wajib dilakukan adalah menjalani rapid test. Ayla melakukannya di Plataran Hutan Kota dengan biaya Rp315 ribu.
"Hasil rapid test ini berlaku untuk 2 minggu. Nanti pas di airport data perlu diverifikasi lagi dan kita akan download aplikasi," tulis perempuan kelahiran 1986 itu.
Advertisement
Baca Juga
Aplikasi yang dimaksudnya adalah eHac Indonesia. Fungsinya untuk memudahkan pelacakan jejak para traveler, terutama yang bepergian selama pandemi. Setelah diunduh, para pelancong wajib meregistrasi dan mengisi data-data yang diperlukan.
"Nanti sampai di bandara tujuan, kita perlu scan QR Code melalui app tersebut. Dengan begini, kita ga perlu ngisi form kuning di pesawat karena sebenarnya tujuan sama," jelas Ayla.
Saat di counter check-in, Ayla menuturkan koper yang dibawanya harus dinaikkan sendiri ke conveyor timbang demi meminimalkan kontak. Ia juga menyemprot disinfektan setiap saat demi keamanan dan kenyamanannya.
Perubahan juga terjadi di lift menuju tempat boarding. Tersedia pedal untuk diinjak menggantikan tombol naik turun agar tak ada sentuhan tangan. Begitu sampai di kursi penumpang, Ayla kembali menyemprotkan disinfektan sebelum diduduki.
"Duduk di pesawat juga diberi jarak dengan mengosongkan bagian tengah dan kapasitas penumpang 70 persen," tulisnya lagi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pemeriksaan di Bandara Ngurah Rai
Prosedur tambahan juga diberlakukan di Bandara Ngurah Rai, Bali. Ayla menunjukkan dua lajur yang harus dilewati para penumpang begitu mendarat. Satu bagi yang memegang kartu kuning, satu lagi untuk yang menggunakan aplikasi eHac Indonesia.
Setelah semua dokumen dicek, penumpang akan diberi kertas berisi pernyataan bahwa para traveler bisa melanjutkan perjalanan dengan menaati seluruh protokol, meliputi penggunaan masker, penerapan PHBS, menjaga jarak, dan mencuci tangan sesering mungkin.
Ayla sempat mengunjungi restoran sebelum menuju hotel. Penerapan CHSE terlihat di destinasi yang dituju. Salah satu yang menarik perhatian adalah penggunaan pulpen yang tidak bisa lagi sembarangan dan alat makan yang sudah disiapkan di kamar.
"Mau makan di kamar, mau makan di restoran, makan di manapun, kita akan selalu pakai alat makan ini," ucapnya.
Peralatan hygiene pribadi juga disiapkan hotel, meliputi masker, hand sanitizer, dan disinfektan. Meski begitu, Ayla menegaskan perjalanannya kali ini bukanlah untuk mendorong orang berlibur ke Bali.
"Kenapa destinasinya Bali? Karena Bali adalah tulang punggung pariwisata Indonesia, maka Bali telah dipersiapkan dan sudah ready untuk dikunjungi," tulis Ayla.
Advertisement