Liputan6.com, Jakarta - Kasus seorang perempuan Belgia yang menganggap dirinya seekor ayam jadi viral. Perempuan 54 tahun itu ditemukan kakak laki-lakinya di kebun saat berdecak dan meniup pipinya sebelum berkokok, seperti ayam jantan.
Perempuan tersebut tidak memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba atau alkohol. Namun, ia telah mengungkap sensasi baru pada anggota tubuhnya, seperti dilansir dari The Guardian, Jumat, 31 Juli 2020.
Setelah kejang, pikiran itu rupanya tak lagi mengganggu sang perempuan. Namun, ia merasa malu dengan kejadian tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Para peneliti dari KU Leuven, sebuah universitas di Flemish, yang menulis dalam jurnal medis Tijdschrift voor Psychiatrie menunjukkan, kasus itu termasuk zoanthropy. Pengidapnya dijelaskan percaya bahwa dirinya adalah binatang karena kesulitan yang dihadapi dalam menjelaskan pikiran dan masalah.
Kasus yang terjadi pada perempuan menganggap dirinya seekor ayam tersebut terbilang sangat langka. Hanya ada 56 deskripsi kasus dalam literatur medis dan sejarah di rentang 1850 hingga 2012.
Pasien yang menderita zoanthropy percaya ia adalah anjing, singa, harimau, hyena, hiu, buaya, katak, termasuk keluarga sapi, kucing, angsa, badak, kelinci, kuda, ular, burung, babi hutan, gerbil, dan lebah. Perempuan yang dikutip oleh para peneliti itu memiliki pekerjaan stabil di apotek, di mana ia kembali bekerja setahun kemudian.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Depresi
Disebutkan, perempuan itu menderita depresi sejak kematian anggota keluarganya. Penelitian kemudian menghubungkan kondisi ini secara umum dengan gangguan kejiwaan yang mendasari, seperti skizofrenia, depresi psikotik, dan gangguan mood bipolar.
Gejala zoanthropy biasanya berlangsung dari satu jam hingga beberapa dekade. Ketika ada perubahan sensasi pada anggota tubuh pasien, psikiater merekomendasikan dilakukan brand imaging dan pemindaian Elektroensefalografi (EEG), yaitu merekam aktivitas elektrik di sepanjang kulit kepala.
Penulis penelitian ini juga menyatakan, kondisi perempuan itu belum sepenuhnya dipahami. “Zoanthropy klinis, atau keyakinannya telah berubah jadi binatang merupakan khayalan yang langka,” tulis mereka.
“Ada pandangan berbeda tentang patogenesisnya. Khayalan ini dapat terjadi dengan gangguan kejiwaan yang mendasarinya, tetapi bisa juga sekunder akibat gangguan struktural atau fungsional otak," imbuhnya.
Advertisement