Sukses

Inovasi Masker N95 yang Tengah Dikembangkan Ilmuwan

Masker N95 sendiri dikenal sebagai penutup wajah terbaik dalam menghadapi polusi kabut asap.

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan di balik penciptaan masker N95 menunda rencana pensiunnya. Professor Peter Tsai dilaporkan tengah menggagas inovasi terkait masker yang dikenal sebagai penutup wajah terbaik melawan kabut asap tersebut.

"Inovasinya adalah perubahan elostrastik di material. Bahan pembuat ini merupakan serat mikro untuk menyaring udara. Material ini punya ukuran serat kecil dengan jangkauan permukaan besar. Jadi, lebih efektif dalam menyaring partikel," ucapnya seperti dilansir dari South China Morning Post, Sabtu, 1 Agustus 2020.

Layer di bagian tengah dijelaskan Tsai sebagai kain serat mikro. Bila masker N95 versi terbaru ini dipotong, Anda bisa menemukan tiga pelapis. "Pelapis di bagian tengah cenderung lebih halus," imbuhnya.

Tergantung pabrik pembuatan, menurut Tsai, pelapis di bagian tengah ini setidaknya terdiri dari dua hingga tiga kain serat mikro. Ia pun ditanya mengapa menunda rencana pensiun yang sebenarnya sudah diungkap.

"Saya membuat inovasi ini 30 tahun lalu dan punya pengetahuan akan material pembuatnya. Di tengah penyebaran COVID-19, ada permintaan tinggi dan jarak terlalu jauh dengan stok (masker) N95. Dengan pengalaman 35 tahun yang saya miliki, saya berusaha berbagi informasi yang saya tahu," tuturnya.

Juga, Tsai berusaha membantu industri untuk meningkatkan produksi masker N95 yang bakal membantu para tenaga medis bertugas. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Seberapa Efektif untuk Lindungi Tenaga Medis?

Inovasi yang diciptakan Tsai dijelaskan bantu mengefisienkan penyaringan udara. "Karena kemampuannya menyaring debu, orisinalnya, masker ini dimanfaatkan para pekerja bangunan," ucap Tsai.

Lalu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat mengungkap, masker N95 juga efektif dalam menangkap virus dan bakteri. "Virus dan bakteri merupakan partikel submikron," sambungnya. 

Berkaca pada kondisi sekarang, Tsai mengatakan, publik seharusnya mempertimbangkan keselamatan, tak hanya diri sendiri, namun juga orang lain dengan cara memakai masker.

"Bila seseorang terinfeksi, setidaknya 95 persen kumannya akan tetap berada di masker dan tak menulari orang lain," ungkapnya. "Inilah alasan penting untuk memakai masker, terlebih saat keluar rumah."