Sukses

Berkenalan dengan Makhluk Tak Kasat Mata Demi Kesehatan Kulit

Microbiome merupakan kumpulan mikroorganisme 'tak kasat mata' seperti jamur, virus dan bakteri.

Liputan6.com, Jakarta – Memasuki era tatanan kehidupan yang baru di masa pandemi seperti ini menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama bagi masyarakat. Namun, bukan berarti urusan merawat kecantikan menjadi terlupakan bagi sebagian orang, khususnya perempuan.

Alternatif perawatan yang dapat memberikan manfaat kesehatan sekaligus kecantikan pun menjadi tren yang tak terelakan. Untuk memberikan manfaat tersebut, Nusantics, startup lokal berbasis teknologi genomics meluncurkan layanan yang dapat membantu kita memahami kesehatan kulit secara holistik, berteknologi tinggi namun tetap dekat dengan alam.

Layanan tersebut berhasil diluncurkan setelah tim riset dan teknologi Nusantics mengembangkan riset untuk mendiagnosa microbiome pada tubuh manusia, terutama kulit selama satu tahun terakhir.

Microbiome merupakan kumpulan mikroorganisme “tak kasat mata” seperti jamur, virus dan bakteri yang hidup pada seluruh makhluk hidup di muka bumi, termasuk dalam tubuh manusia. Meskipun tidak terlihat, keberadaan mereka justru sangat menentukan kesehatan dan imunitas tubuh kita, tak terkecuali kulit.

Bergesernya keseimbangan microbiome merupakan salah satu sumber penyebab berbagai masalah kulit. Untuk mengetahui keseimbangan dan variasi microbiome kulit kita, Nusantics meluncurkan layanan analisa microbiome kulit pertama di Indonesia, Nusantics Biome Scan.

Setelah sempat terhenti karena fokus berkontribusi dalam mendesain purwarupa utama RT-pCR COVID-19 Test Kit berbasis strain virus lokal yang dibentuk oleh tim gugus tugas BPPT dengan teknologi genomics yang sama, kini Nusantics dapat membuka Hub pertamanya yang berlokasi di kawasan Jakarta Selatan.

Sharlini Eriza Putri selaku co-founder dan CEO Nusantics mengatakan, “Layanan Biome Scan ini prinsipnya sama dengan swab test, tetapi dilakukan di kulit wajah. Dari swab test ini konsumen dapat mengetahui komposisi bakteri dan jamur yang ada di kulitnya sehingga bisa dijadikan acuan agar lebih selektif terhadap pemilihan produk kecantikan yang digunakan. Karena, keseimbangan dan variasi microbiome itu penting banget untuk dimonitor. Misalnya kalau jamur terlalu banyak bisa bruntusan, kalau terlalu sedikit rentan jerawat”

Selain deteksi microbiome melalui metode swab wajah, konsumen juga akan melalui rangkaian proses analisa kulit dengan Skin Analyzer akurat berkualitas riset.

Alat ini dapat mendeteksi tingkat sebum, pH, hidrasi, melanin, hingga tingkat glowing kulit. Konsumen juga akan melalui proses wawancara yang diisi dengan transfer informasi mengenai microbiome dalam kehidupan sehari-hari dan tak jarang membelalak mata.

Salah satu konsumen Nusantics, Indah Melati mengatakan, “Aku sudah mencoba swab test kulit wajah dengan Biome Scan dan puas banget! Selain menggabungkan science, aku gak nyangka ternyata pendekatannya juga alami. Karena mereka juga punya rangkaian produk clean beauty skin care berbahan alami yang ramah bagi microbiome dan facial spa yang semuanya pake bahan natural. ”

Nusantics mengakui bahwa meluncurkan layanan di tengah pandemik merupakan tantangan tersendiri. Sharlini juga menambahkan bahwa Nusantics Hub dirancang khusus sesuai dengan standar protokol COVID-19 agar tetap aman bagi konsumen dan staf Nusantics.

Semua hasil analisa microbiome kulit melalui Biome Scan juga dapat dilihat dalam bentuk laporan digital yang terintegrasi dari akun konsumen yang ada di web Nusantics sehingga meminimalisir kontak langsung.  Sebagai penutup, Sharlini meyakini bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk mengedukasi masyarakat agar hidup lebih sehat dan berdampingan dengan alam.

Caranya melalui pemahaman akan pentingnya menjaga keseimbangan microbiome yang ada di alam dan juga tubuh manusia. Karena kulit yang sehat dan cantik dapat tercapai apabila keseimbangan dan variasi microbiome dalam tubuh kita juga terjaga.