Sukses

Komitmen Jangka Panjang Unilever Kelola Kemasan Plastik Bekas Pakai

Salah satunya dengan menghadirkan sekitar 300 bank sampah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Permasalahan plastik bekas pakai masih menyisakan pekerjaan besar bagi banyak pihak. Upaya penanggulangannya turut dilaksanakan oleh Unilever Indonesia sebagai salah satu pelaku yang bergerak di industri bisnis yang memproduksi ragam kebutuhan konsumen.

Head of Corporate Affairs and Sustainability Unilever Indonesia Nurdiana Darus menyampaikan, persoalan kemasan plastik bekas pakai bukan perkara yang mudah untuk diselesaikan. Dibutuhkan kolaborasi dari beragam pihak terkait perwujudan untuk mengatasinya.

"Kemasan plastik adalah kemasan yang aman, efisien, dan memiliki jejak karbon yang rendah, namun kami juga sangat menyadari apabila kemasan plastik bekas pakai ini tidak dikelola dengan baik, maka menimbulkan persoalan baru yaitu tercemarnya lingkungan kita," kata Nurdiana dalam bincang daring, Rabu (19/8/2020).

Nurdiana menambahkan, masalah kemasan bekas pakai menjadi salah satu sustainability focus dari Unilever di level global dan Indonesia. Sejak tahun lalu, pihaknya kian meningkatkan komitmen mengenai plastik.

"Paling lambat pada 2025, Unilever secara global berkomitmen untuk mengurangi setengah dari penggunaan project plastik atau plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang, serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijualnya," lanjutnya.

Selain itu, komitmen Unilever Indonesia juga tertuang dalam berbagai program, seperti community development. Salah satu di antaranya adalah penggunaan bank sampah.

"Semenjak 2008 sampai hari ini, kami membina hampir 4 ribu unit bank sampah di seluruh Indonesia yang telah mampu menyerap 12.500 ton sampah per tahun, ini kombinasi antara plastik dan bahan lainnya," tambah Nurdiana.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Program-Program

Bank-bank sampah itu tersebar di Indonesia dan hampir di seluruh pulau. Sebut saja di Pulau Sumatera, dan paling banyak di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Bali.

Ada pula program lainnya seperti edukasi masyarakat yang diluncurkan bersama berbagai partner, seperti meluncurkan sekolah sehat bersama platform digital. Juga, edukasi pemilahan sampah dan pembentukan bank sampah di pesantren-pesantren.

"Kami mengerjakan hal yang sangat penting terlebih dahulu yaitu memahami peta dari mata rantai kemasan bekas pakai yang dapat didaur ulang termasuk siapa pendaur ulangnya, potensi masukan model bisnisnya, dan kerangka kerja," lanjutnya.