Sukses

Komunitas Para Pengusaha Muda dan Perannya di Masa Pandemi

Berdasarkan survei UNDP Indonesia, 79 persen pengusaha muda merasakan dampak buruk pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia, belum lama ini, merilis survei yang melibatkan 756 pengusaha muda terkait operasional bisnis mereka di masa pandemi.  Lady Diandra, perwakilan Youth Collab UNDP Indonesia, mengatakan bahwa kebanyakan responden berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, dan Sulawesi Selatan.

"Sektor yang diwakilkan pun macam-macam. Ada fesyen, waste management, retail, dan lain sebagainya," kata Diandra UNDP SDG Talks dan KonPres - International Youth Day: Bisnis, SDG, dan Generari Muda di Masa Pandemi secara daring, Selasa, 18 Agustus 2020.

Setidaknya ada empat poin penting dari hasil survei tersebut. Pertama, 79 persen menyatakan mendapat dampak negatif dari pandemi, di mana 21 persen di antaranya bahkan terpaksa menutup bisnis mereka.

Kemudian, 45 persen pengusaha muda menyatakan, regulasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tak disangka membuat berkurangnya demand untuk transaksi. "15 persen menyatakan ada pengurangan investor demand," imbuhnya.

Ketiga, 91 persen mengaku tidak mengetahui akan bantuan yang tersedia. Terakhir, 84 persen pengusaha muda menyatakan, secara kolektif, mereka membuat komunitas di masa pandemi.

"Komunitas ini kemudian berperan untuk meningkatkan kepercayaan diri di tengah situasi tak pasti," kata Diandra. Di survei yang sama, para pengusaha muda pun mengungkap sederet harapan pada pemerintah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintah Bisa Bantu Apa?

Dalam survei tersebut, terdapat empat bentuk bantuan yang diharapkan para pengusaha muda pada pemerintah. Pertama, funding yang berdampak sosial. Kedua, dukungan promosi dan kerja sama, terutama terkait perubahan pemasaran ke digital.

Lalu, terkait regulasi makro ekonomi untuk menjaga kondisi tetap konfusif, dan, terakhir, handbook untuk new normal. "Kurang lebih berupa regulasi yang bisa jadi patokan bagi pengusaha muda dalam mengimplementasikan bisnis," jelas Diandra.

Sementara, menurut pandangan Ade Safrina selaku Co-Founder BerdayaKrui, pemerintah, dalam kasus ini Kewirausahaan Muda Kementerian Pemuda dan Olahraga, bisa mendukung strategi promosi para pengusaha.

"Karena saat ini belum ada pariwisata alternatif. Harus ada edukasi pada masyarakat untuk menghindari mass tourism. Sebagai ganti, bisa stay lebih lama dengan local experience beragam," paparnya.

Juga, mendorong mindful tourism dengan pergi ke tempat berjarak dekat dari rumah dan hanya dengan inner circle mereka. 

Elisa Suteja selaku CEO Fore Coffee mengajak Kemenpora mengembangkan Fore Hore (home reseller) guna memberdayakan lebih banyak orang di masa pandemi. "Menurut kami, ini gerakan yang baik karena publik bisa dapat penghasilan dengan memulai usaha kopi di rumah sendiri," tuturnya.