Sukses

Penelitian: Kebiasaan Mengedit Foto Berdampak Buruk pada Persepsi Citra Diri

Mengedit foto pribadi menggunakan aplikasi jadi lazim bagi sebagian orang. Namun, kebiasaan itu ternyata berdampak negatif pada kondisi mental.

Liputan6.com, Jakarta - Mengedit foto pribadi jadi praktik umum yang sering dilakukan banyak orang. Hal itu mereka lakukan karena banyaknya aplikasi pengeditan.

Namun, menurut penelitian terbaru yang dilakukan oleh Flinders University, Australia, mengedit foto pribadi dapat berdampak negatif sangat besar. Hal itu terjadi pada persepsi seseorang tentang citra tubuh mereka sendiri, dilansir dari laman World of Buzz, Sabtu, 22 Agustus 2020.

Peneliti dari Departemen Psikologi, Flinders University, meminta 130 perempuan berusia 18 hingga 30 tahun untuk melihat gambar mirip model lebih dulu di Instagram sebelum mengecek kecenderungan potret mereka. Peneliti berusaha mempelajari suasana hati para responden.

Hasilnya, mood para peserta secara bertahap memburuk setelah melihat penampilan wajah mereka sendiri saat meluangkan waktu untuk mengedit lima foto mereka. Rata-rata, para perempuan itu menghabiskan waktu sekitar 4,5 menit untuk mengedit satu foto mereka, mulai dari mengedit lingkaran hitam, noda, cacat wajah, mengubah bentuk wajah, hingga warna kulit mereka.

Profesor Marika Tiggemann menyimpulkan dalam studinya bahwa para perempuan menginvestasikan banyak waktu dan tenaga dalam mengambil, memilih, dan mengedit foto mereka. Mereka harus menemukan pencahayaan terbaik dan sudut yang paling bagus.

Kemudian, hasil foto kembali ditingkatkan lebih lanjut dengan filter atau pengeditan digital untuk memaksimalkan gambar mereka. Tujuannya agar mereka mendapatkan penampilan dan daya tarik maksimal.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Penilaian Masyarakat

Para perempuan itu sering mengambil langkah-langkah besar untuk menampilkan versi yang lebih baik dari diri mereka sendiri. Padahal, itu berefek bahaya dan dapat merusak diri mereka sendiri. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Body Image menunjukkan bahwa jika wanita terus melanjutkan pengeditan foto secara ekstensif, hal itu dapat menyebabkan perasaan tak jujur ​​secara online. 

"Para perempuan tampaknya termotivasi oleh keinginan untuk menampilkan versi terbaik dari diri mereka sendiri dan secara substansial lebih bahagia dengan selfie yang diedit daripada foto aslinya. Namun pada saat yang sama, aktivitas ini memiliki efek merugikan dalam hal suasana hati yang lebih buruk dan ketidakpuasan wajah," kata Tiggeman.

Profesor Tiggemann menyimpulkan dalam temuannya, faktor-faktor yang terlibat dengan ketidakpuasan penampilan wajah dan tubuh berasal dari seluruh gagasan di balik penilaian masyarakat. Mereka terus-menerus menilai penampilan perempuan dan upaya mereka untuk membuat diri mereka terlihat lebih baik daripada di kehidupan nyata.

Media sosial berpengaruh sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam cara kita memandang citra wajah dan tubuh. Cukup sulit bagi perempuan untuk terus-menerus dinilai oleh masyarakat atas penampilan dan pakaian. Tetapi, mengedit gambar diri agar sesuai dengan standar kecantikan ideal yang diterapkan oleh masyarakat membuatnya jauh lebih buruk.