Sukses

Jangan Lupakan Nelayan dan Petani sebagai Basis Pemulihan Ekonomi Rakyat

Dana yang digalang bukan untuk keperluan konsumtif, tetapi diupayakan untuk usaha-usaha yang bisa sustainable.

Liputan6.com, Jakarta – Perempuan Tangguh Indonesia (PTI) memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75 di Pantai Tambak Mulyo atau Tambak Lorok, Semarang. Acara peringatan kemerdekaan ini diisi dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama Permodalan Nelayan dan Usaha Perikanan antara PTI dengan Koperasi Nelayan ‘Layar Maju Bersama’.

Acara ini juga dihadiri dan difasilitasi KNTI (Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia) diwakili Ketua Harian DPP KNTI, Dani Setiawan. Dalam sambutannya, Dani Setiawan menyatakan bahwa ini adalah kelanjutan program PTI untuk membantu nelayan-nelayan tradisional di Indonesia, setelah pembagian bantuan sembako PTI yang dikoordinasikan oleh KNTI.

Upaya kelanjutan PTI untuk membantu permodalan nelayan tradisional melalui Koperasi Nelayan adalah langkah nyata PTI dalam membantu perekonomian nelayan di wilayah-wilayah pesisiran. Sementara itu, Dede Radinal, Wakil Ketua Umum I PTI, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa pemberian pinjaman modal nelayan dan usaha perikanan ini adalah tahap pertama dalam program PTI untuk nelayan.

Dana pinjaman ini adalah dana pinjaman bergulir yang akan dikelola Koperasi Layar Maju Bersama. Apabila dana ini dapat efektif membantu para nelayan, maka kami akan menambah kembali jumlah dana dukungan ini.

“PTI tidak hanya menyiapkan dana pinjaman ini, selanjutnya kami akan memberikan bantuan lain seperti pelatihan pengolahan hasil tangkapan ikan, bahkan pembangunan Solar Dome, bangunan bersuhu panas untuk pengeringan ikan. Bapak dan Ibu nelayan seperti lautan, dan kami menjadi anginnya. Kita menciptakan gelombang bersama-sama. Laut kadang pasang, kadang surut, tetapi selalu menjadi sumber kehidupan kita”, ungkap Dede mengakhiri sambutannya.

Di tempat terpisah, Ketua Umum PTI, Myra Winarko, menyebutkan bahwa Perempuan Tangguh Indonesia merupakan gerakan massif perempuan dalam membantu pemerintah mengatasi dampak COVID 19.  “Kami telah melakukan berbagai fase, dari mulai membagikan sembako, membangun dapur-dapur umum, menssupport APD bagi tenaga medis di ratusan rumah sakit dan puskesmas, hingga membangun kerjasama dengan UKM-UKM.

Sekarang, kita ada pada fase pemulihan ekonomi, dan kami memiliki program untuk pemulihan ekonomi pada kelompok masyarakat paling rentan seperti penyandang cacat, nelayan, dan petani. Dana yang digalang tidak diberikan untuk keperluan konsumtif, tetapi diupayakan untuk memulai kembali usaha-usaha yang bisa sustainable.”

“Dalam rangkaian hari kemerdekaan juga, PTI telah membuka kelas pelatihan pembuatan makanan untuk penyandang tuli. Beberapa sesi pelatihan telah diberikan, dan tahap selanjutnya adalah membangun restoran-restoran atau café-café khusus untuk penyandang tuli. Café-café tersebut akan segera dibuka di 3 tempat di Jakarta pada akhir tahun ini,” tutur Myra Winarko.

Dalam keterangannya usai penandatanganan Perjanjian Kerja Sama, Dede Radinal mengungkapkan bahwa tujuan utama PTI adalah untuk membangun peer to peer selling and distribution.

“Kita tidak dapat menutup mata terhadap situasi yang terjadi sekarang ini, terutama sebagai dampak dari COVID 19. Nelayan tidak dapat menjual hasil tangkapannya, petani harus menjual harga komoditasnya dengan sangat murah. Sementara, konsumen tetap sulit untuk membeli kebutuhan pangan karena harga yang masih tetap mahal.

Belum lagi persoalan menjamurnya para rentenir dan tengkulak yang banyak menjerat petani dan nelayan kita. PTI merupakan gerakan ibu-ibu di perkotaan. Kami yakin, kami bisa menjadi distributor hasil pertanian dan perikanan di wilayah perkotaan terutama Jakarta. Sehingga, kita dapat menjaga agar harga pembelian hasil pertanian dan perikanan tetap dapat menyokong kehidupan petani dan nelayan, di sisi lain, harga kebutuhan pokok pangan di perkotaan bisa ditekan lebih murah.

Inilah sebenarnya gagasannya. Kita membangun mekanisme distribusi dari petani dan nelayan langsung ke dapur ibu-ibu di perkotaan. Setidaknya, dalam situasi sulit ini, inilah yang dapat dikontribusikan Perempuan Tangguh Indonesia untuk membantu pemerintah menyelamatkan dan memulihkan perkonomian rakyat”, pungkas Dede Radinal.