Sukses

Soju Halal Buatan Indonesia yang Terinspirasi dari Drakor

Satu botol soju halal berukuran 360 ml ini dibanderol Rp45 ribu.

Liputan6.com, Jakarta - Terselip di antara sederet kuliner menggugah selera, tak sedikit adegan di drama Korea (drakor) yang memperlihatkan para pemerannya meminum soju. Menangkap animo publik, minuman beralkohol berbahan dasar beras ini kemudian diadaptasi dengan menyesuaikan bahan yang membuatnya halal dikonsumsi.

"Dari drakor, orang lihat banyak makanan korea dan soju. Tapi, kalau makanan korea kan sudah banyak yang jual, cuma belum ada yang coba soju halal. Jadi, saya dan tim coba buat," kata Owner Warung Mini Ummik, Rinda Aldiyanti, lewat pesan pada Liputan6.com, Rabu, 26 Agustus 2020.

Rinda menambahkan, kendati kemasannya mirip dengan soju, isi soju halal ini adalah mojito tanpa alkohol. Namun, karena kemasannya, produk ini belum bisa mendapat serfitikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI).

"Kalau dari nama, kami sudah ganti jadi Mojiso Korean Sparkling Water, nah kemasan yang masih mirip dengan soju. Sekarang lagi dipikirkan bagaimana supaya mendapat sertifikal halal MUI. Bisa dengan ganti kemasan atau nanti usulkan opsi lain," imbuhnya.

Demi menyempurnakan pengalaman konsumsi, soju halal produksi Warung Mini Ummik disarankan dikonsumsi bersama berbagai makanan khas Korea. "Kami ada tteokbokki, kimchi, odeng, dan snack korea lain," kata Rinda.

Mojiso yang mendapat respons cukup baik dari publik ini sekarang bisa dipesan lewat sistem pre-order dengan menghubungi admin yang kontaknya ada di akun Instagram @warungminiummik. Satu botol soju halal berukuran 360 mililiter ini dibanderol Rp45 ribu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Pilihan Makanan Pendamping Lain

Rinda mengatakan, selain sajian makanan dan minuman Korea, Warung Mini Ummik juga punya spesialisasi hidanngan lain sebagai makanan pendamping. "Kami punya es pisang cokelat aneka rasa dan topping," katanya.

Usaha makanan dan minuman ini sendiri telah dijalani Rinda sejak awal 2018 saat memutuskan berhenti dari perusahaan tempatnya bekerja saat itu. Dalam perjalanannya, ia pun telah coba menjajakan berbagi macam hidangan.

"Awalnya saya buka lapak pinggir jalan. Jualan seblak dan roti bakar," katanya. Seiring waktu, Rinda mengasah kepekaan untuk terus mengembangkan bisnisnya. Hingga kini, ia sudah punya reseller makanan yang kebanyakan tersebar di wilayah Jawa Barat.