Sukses

Hampir 1000 Penerbangan di Kanada Bawa Penumpang Positif Covid-19

Pemerintah sangat serius dan berlapis untuk meminimalkan risiko kasus penumpang yang membawa COVID-19 ke Kanada.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Kesehatan Kanada (PHAC) mencatat ada hampir 1.000 penerbangan di Kanada membawa penumpang positif COVID-19. Lebih dari 370 penerbangan domestik dipastikan setidaknya ada satu penumpang yang berstatus positif COVID-19 dan hal yang sama ditemukan pada hampir 600 penerbangan internasional.

Secara total, antara 4 Februari hingga 24 Agustus 2020, ada 973 penerbangan di Kanada membawa penumpang yang terpapar virus Corona. Penerbangan terakhir yang diketahui membawa penumpang positif COVID-19, mendarat di Toronto pada Minggu, 30 Agustus 2020, serta membawa penumpang yang bepergian dari Edmonton.

Menteri Transportasi Kanada, Marc Garneau mengatakan kepada CTV News, pemerintah mengambil langkah yang sangat serius dan berlapis untuk meminimalkan risiko kasus penumpang yang membawa COVID-19 ke Kanada. "Langkah-langkah itu termasuk ketika seseorang datang dari luar negeri, (seperti) pertanyaan saringan, pengukuran suhu, hingga fakta bahwa mereka harus memakai masker," ujar Marc.

Ia menambahkan, semua itu adalah tindakan yang dirancang untuk meminimalkan kemungkinan adanya penerbangan yang membawa penumpang terinfeksi dan kemudian menularkannya saat mereka berada di pesawat. Namun, tindakan seperti pemberlakuan masa karantina selama 14 hari terbukti sulit diperhitungkan oleh industri maskapai penerbangan karena menggerus keuntungan perusahaan. Akibatnya, mereka kembali mencari solusi kreatif.

Salah satunya adalah proyek percobaan yang dilakukan oleh McMaster HealthLabs, Air Canada, dan Otoritas Bandara Greater Toronto. Dengan menggunakan pengujian sukarela, proyek ini bermaksud untuk mengetahui berapa banyak wisatawan internasional yang tiba di Kanada dan dinyatakan positif COVID-19 selama periode karantina 14 hari.

Dr. Jim Chung, Kepala Petugas Medis Air Canada mengatakan mereka berharap dapat mengumpulkan cukup data dan bukti untuk diberikan kepada pemerintah. Tujuannya agar mereka dapat mendapatkan alternatif yang aman dan berlandaskan bukti untuk menjalankan program karantina 14 hari tersebut.

Saksikan video pilihan di bawah ini :

2 dari 2 halaman

Aturan yang Membingungkan

Terlepas dari tindakan pencegahan dan masa karantina wajib 14 hari, tidak semua orang mengikuti aturan karantina dan beberapa terjerat kasus hukum. Mulai 1 September 2020, Polisi Kerajaan Kanada (RCMP) telah mengeluarkan 20 denda dengan jumlah total lebih dari 18.000 dolar Kanada kepada beberapa orang di bawah Undang-Undang Karantina.

"Ada pula yang masuk ke Kanada dan tidak mengkarantina diri selama 14 hari sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh petugas saat masuk ke Kanada," kata Kopral Caroline Duval, juru bicara RCMP.

Berbeda dengan mereka yang melanggar aturan, para pengikut aturan karantina ternyata merasa terjebak akan sistem karantina yang dibuat pemerintahan Kanada. Richard Kramer, salah satu pendatang yang sedang menjalani masa karantina 14 hari kemudian mendengar teleponnya berdering.

Ia mengabaikan panggilan tersebut karena tidak mengenali nomornya. Tetapi, saat mendengar pesan suara, ternyata panggilan itu datang dari pihak pemerintah yang ingin memastikan bahwa Richard mengikuti aturan karantina.

Pesan suara mengatakan mereka akan menelepon kembali dalam 24 jam, tetapi ketika panggilan kedua itu datang, sebuah pesan otomatis mengklaim telah mencoba menghubunginya beberapa kali dan menuduhnya melanggar aturan. Padahal, ia mengatakan hanya menerima satu panggilan dan saat itu ia sedang mengamati petunjuk karantina yang tersedia.

"Saya tidak terlalu senang dengan ini," kata Kramer. Ia mengkhawatirkan orang lain yang mengalami hal serupa tapi tidak bisa menyelesaikannya dengan pihak berwenang.

"Saya prihatin bahwa mungkin kebanyakan orang tidak akan segigih itu (untuk mengadu), hanya karena mereka tidak tahu cara mengakses berbagai sistem web untuk mendapatkan sambungan langsung dengan perwakilan di pemerintahan federal. Kebanyakan orang akan membiarkannya," kata Kramer.

Jika dibiarkan, tuduhan yang keliru tersebut dapat membuat mereka yang sedang menjalani karantina terjerat masalah hukum. Richard mengaku tak ada polisi yang mendatanginya, itu pun karena usaha dan kegigihannya melawan tuduhan tersebut dan menghubungi pihak pemerintah. (Brigitta Valencia Bellion)