Sukses

Inovasi Sabun Anti-Noda Ramah Lingkungan yang Terbuat dari Minyak Jelantah

Sabun anti-noda dan untuk batik ini terdiri atas dua varian, yakni yang berbentuk batang dan juga cair.

Liputan6.com, Jakarta - Terobosan tiada henti terus dihadirkan oleh para pelaku usaha, tidak terkecuali bagi mereka yang bergerak dalam usaha mikro kecil menengah (UMKM). Salah seorang di antaranya adalah Yomi Windri Asni, pemilik usaha Sabun Langis yang terbuat dari minyak jelantah.

Sebelum terbentuk pada 2019, usaha yang berbasis di Yogyakarta ini bermula dari peran aktif Yomi dan tim dalam gerakan komunitas bank sampah. Pada November 2018, ia mulai mengumpulkan minyak jelantah dari kegiatan bank sampah yang jumlahnya cukup banyak, yakni sekitar 40 liter dalam satu bulan.

"Saya berpikir, kalau selama ini dibuang bagaimana, pertama mencemari lingkungan, yang kedua hanya menjadi limbah. Akhirnya bagaimana caranya minyak jelantah menjadi lebih ekonomis, apakah bisa diolah kembali kemudian mulai eksperimen," kata Yomi dalam bincang daring "Program Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif", Selasa, 8 September 2020(8/9/2020).

Yomi yang memiliki latar belakang kimia ini menyampaikan, sabun produksinya hadir dalam beberapa keunggulan, seperti sangat cepat membersihkan noda-noda, terutama yang membandel. Yang kedua, karena dalam pembuatannya ia tak menambahkan deterjen, jadi penggunaannya aman bagi yang sensitif terhadap deterjen.

"Tidak menimbulkan rasa panas (di tangan) dan kita tidak menambahkan pemutih dalam pembuatannya, jadi lebih aman terhadap lingkungan," tambahnya.

Dikatakan Yomi, Sabun Langis juga dapat digunakan untuk mencuci batik dengan pewarna alam, seperti batik tulis yang memang membutuhkan sabun khusus. "Langis jadi salah satu alternatif merawat warnanya jadi awet karena tidak memudarkan warnanya," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Varian Sabun

Sabun Langis memiliki dua varian, yakni sabun batang dan sabun bubuk. Untuk sabun batang dijual seharga Rp15 ribu dan Rp25 ribu untuk sabun cair. Ke depannya, Yomi telah berencana untuk memperkenalkan sabun dalam bentuk bubuk.

"Karena potensi pasar untuk sabun batang animo akan lebih simpel, makanya kita akan olah kembali, perpanjang prosesnya untuk jadi sabun berbentuk bubuk," ungkap Yomi.

Ia menjelaskan, pembuatan sabun termasuk proses curing time. Tahap ini memakan waktu minimal dua minggu hingga satu bulan, yang semakin lama justru semakin bagus.

Yomi dan usahanya, Sabun Langis, menjadi salah satu yang tergabung dalam "Perempuan Wirausaha Tangguh dan Kreatif", program pemberdayaan UMKM lokal, khususnya UMKM perempuan dan difabel. Program ini adalah sinergi antara Tokopedia bersama Coca-Cola Foundation Indonesia (CCFI) dan Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil-Mikro (ASPPUK).

Tujuan dari program tersebut adalah demi mendorong pertumbuhan perekonomian secara digital. Begitu pula dengan Yomi, yang penjualan produknya yang telah merambah ke dunia digital, termasuk di Tokopedia.

"Sudah mulai ada penjualan dari Tokopedia. Paling banyak penjualan dari luar Yogya, seperti Jakarta dan Surabaya," jalasnya.